Tangisan dan Tabuh Gamelan Lepas Kepergian Mangkunegara IX, Ada Juga Ritual Bedah Bumi
Makam Raja Mangkunegara tersebut digali oleh Sri Waloyo dan beberapa warga di Girilayu yang mendapat kesempatan itu.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepergian sang Raja dari Puro Mangkunegaran meninggalkan duka mendalam bagi keluarga hingga rakyat Solo pada Minggu (15/8/2021).
Meski upacara pelepasan berlangsung tertutup demi menaati protokol kesehatan, namun antusias warga masih tinggi.
Sebelum jenazah diberangkatkan menuju pusara, sejumlah kerabat dan pejabat Kota Solo memberikan sambutan pelepasan jenazah.
Dari Pemkot Solo diwakili oleh Wakil Wali Kota, Teguh Prakosa.
Kemudian peti jenazah diangkat oleh sejumlah abdi dalem dan diiringi oleh keluarga.
Saat momen keberangkatan ini, terdengar suara isak tangis dari keluarga.
Selain isak tangis, kepergian Mangkunegara IX juga diiringi oleh tabuh gamelan serat Ketawang Tampur Dudo Kasmaran.
Kemudian peti jenazah dibawa ke Astana Girilayu dengan menggunakan mobil ambulans dari Perkumpulan Masyarakat Surakarta (PMS).
Makam Raja Mangkunegara tersebut digali oleh Sri Waloyo dan beberapa warga di Girilayu yang mendapat kesempatan itu. Sri Waloyo merupakan salah satu anggota dari Juru Kunci Astana Girilayu.
Pihaknya menyampaikan proses penggalian tanah tidak memiliki kesulitan yang berarti.
"Sebelumnya dilakukan bedah bumi terlebih dulu, dan ritual seperti biasanya," ungkapnya kepada Tribun, Minggu (15/8/2021).
Penggalian dilakukan secara hati-hati oleh pihak pengali kubur.
"Dilakukan hati-hati seperti biasanya, tidak ada yang berbeda," ujar Sri.
Kendati demikian pihaknya mengaku memiliki kebanggaan tersendiri bisa menggali makam Raja Mangkunegaran.