Isu Perkembangan Dunia Saat Ini: Pandemi, Perubahan Iklim, Afghanistan hingga AUKUS
Kementerian Luar Negeri (Kemlu) memaparkan sejumlah perkembangan isu dunia internasional yang terjadi dalam beberapa pekan terakhir.
Penulis: Chaerul Umam
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Luar Negeri (Kemlu) memaparkan sejumlah perkembangan isu dunia internasional yang terjadi dalam beberapa pekan terakhir.
Hal itu disampaikan Wakil Menteri Luar Negeri Mahendra Siregar dalam rapat kerja bersama Komisi I DPR RI, Rabu (22/9/2021).
Isu pertama terkait kesehatan terutama pandemi Covid-19 dan perubahan iklim.
"Tren pertama adalah berbagai pertemuan tingkat tinggi telah dan sedang digelar baik dalam kerangka ataupun di luar kerangka rangkaian sidang majelis umum PBB ke-76 di New York, utamanya adalah terkait pandemi Covid-19 dan isu perubahan iklim," ucapnya.
"Isu kesehatan dan perubahan iklim masih dan akan mewarnai agenda global saat ini dan setidaknya akan tetap menjadi prioritas dan fokus masuk ke tahun 2022 mendatang," imbuhnya.
Isu selanjutnya, kata Mahendra, yaitu pembentukan pemerintahan baru Afghanistan oleh Taliban.
Mahendra menyatakan sejumlah negara masih pesimistis dengan negara baru bentukan Taliban tersebut.
Baca juga: Kemlu RI: Tidak Ada Agenda Mengenai Indonesia di Dewan HAM
"Menyikapi pembentukan caretaker government, banyak pihak sampaikan sikap pesimisme terhadap pemerintahan baru di Afghanistan, tentu kita semua masih harus menunggu pembentukan pemerintah Afghanistan yang permanen dengan tetap terus menyuarakan harapan yang besar adanya perubahan di Afghanistan," ucapnya.
"Perkembangan di Afghanistan kami yakini masih akan terus menjadi tantangan yang dihadapi dunia tahun 2022," lanjutnya.
Selanjutnya, isu yang menjadi perhatian baru-baru ini terkait pembentukan aliansi Australia, Inggris dan Amerika Serikat yang dikenal AUKUS.
Menurut Mahendra, pembentukan AUKUS ini merupakan manifestasi rivalitas antara Amerika dan Republik Rakyat Tiongkok atau China di kawasan Indopasifik.
"Banyak pihak yang melihat pengumuman ini sebagai manifestasi rivalitas antara Amerika dan RRT di kawasan Indopasifik. Ini diprediksi akan terus mewarnai situasi kawasan Indopasifik tahun 2022. Ketiga hal tadi terjadi dalam hitungan kurang dari 3 minggu," tandasnya.