Melihat Wajah Baru Pertanian Tanpa Bakar Lahan Gambut Indonesia di Momen Hari Tani Nasional
Upaya ini turut digalakkan oleh Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) dengan menggelar pelatihan Sekolah Lapang Petani Gambut (SLPG)
Editor: Content Writer
Hal itu dibuktikan Supariyati, Petani Gambut dari Desa Dabong, Kubu, Kubu Raya, Kalimantan Barat yang menggerakan para ibu rumah tangga menjadi ‘petani pekarangan’.
“Cita-cita saya itu ingin menciptakan petani pekarangan, dimulai dari memanfaatkan pekarangan di rumah, ibu-ibu nantinya bisa memenuhi kebutuhan pangan keluarga bahkan mungkin bisa menjadi sumber penghasilan baru bagi mereka,” harap Supariyati.
Usahanya pun disambut antusias oleh para ibu-ibu, di mana mereka mencoba bercocok tanam di lahan pekarangan, mulai dari tanaman sayuran hingga palawija.
Tak pernah gagal panen
Manfaat mengolah lahan gambut tanpa bakar juga dirasakan oleh Sarimin, Petani Gambut dari Desa Jalur Muly, Muara Sugihan, Musi Banyuasin, Sumatera Selatan. Dari lahan seluas 6 hektare, Sarimin bersama 38 petani gambut lainnya menanam padi dengan menggunakan pupuk organik dari hasil pelatihan SLPG.
“Hasilnya sangat memuaskan, bahkan kami tidak pernah gagal panen. Panen kemarin kita bisa menghasilkan 6-7 ton beras,” ungkap Sarimin yang mengaku bersyukur selalu berhasil panen padi.
Lahan tidur menjadi lahan gambut produktif
Memanfaatkan lahan gambut di areal restorasi, BRGM membangun demonstration farm dengan membudidayakan padi gambut seluas 250 ha di Desa Talio Hulu, Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah.
Jumino, Ketua Poktan Talio Hulu menjelaskan bahwa areal gambut yang dulunya terbengkalai selalu terbakar sekarang dapat memberikan hasil tambahan pendapatan bagi para petani setempat.
"Kebakaranpun dapat diminimalisir," pungkasnya.