87,8 Persen Masyarakat Moderat Masih Berpotensi Terpapar Paham Radikalisme
Salah satu strategi dan proteksi awal bagi masyarakat agar terhindar adalah dengan kesiapsiagaan nasional terutama dari sisi ideologi.
Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Paham radikalisme dan terorisme sudah sejak lama tumbuh di bumi pertiwi Indonesia. Terbaru, 59 anak-anak di Garut, Jawa Barat dikabarkan telah terpapar dan dibaiat oleh Negara Islam Indonesia (NII).
Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Brigjen Ahmad Nurwahid mengatakan, salah satu strategi dan proteksi awal bagi masyarakat agar terhindar adalah dengan kesiapsiagaan nasional terutama dari sisi ideologi.
Wahid menyebut vaksinasi ideologi tetap dibutuhkan sebab sebanyak 87,8 persen masyarakat Indonesia yang terbilang moderat masih berpotensi terpapar.
Berikut wawancara khusus Tribunnetwork dengan Direktur Pencegahan BNPT, Brigjen Ahmad Nurwahid, Jumat (29/10/2021).
Tadi sudah disebutkan 59 anak-anak bahkan lebih, terpapar paham radikal, menurut Anda bagaimana cara merecovery korban?
Menurut UU 5/2018, penanggulangan terorisme dilakukan dengan pendekatan holistik dari hulu sampai hilir. Hulunya adalah pencegahan terkait radikalisme yang menjiwai semua aksi terorisme.
Kalau terorismenya okelah sudah ada law enforcementnya.
Untuk radikalismenya ini ada tiga strategi sebagai amanah UU yang breakdownnya pada PP 77/2019.
Pertama adalah kesiapsiagaan nasional. Kesiapsiagaan nasional di sini tidak hanya dipahami sebagai kesiapsiagaan fisik, pasukan, manajemen dan sebagainya tetapi lebih dari pada itu juga kesiapsiagaaan ideologi.
Karena radikal terorisme ini kan akar masalahnya ideologi. Ideologi yang menyimpang.
Ideologi yang mengalami distrorsi bahkan para ulama di Timur Tengah atau ulama internasional dalam konferensi internasional Februari tahun 2021 menyebutkan, ekstremisme atau radikalisme dalam terminologi Indonesia adalah paham yang dibangun atas manipulasi dan distorsi agama.
Maka kesiapsiagaan nasional ini adalah kesiapsiagaan ideologi dengan kita semuanya terutama para ulama, tokoh agama, melakukan vaksinasi ideologi terhadap 87,8% masyarakat Indonesia yang masih moderat tapi tetap juga berpotensi terpapar itu diberikan moderasi beragama, moderasi berbangsa, tentang wawasan kebangsaan, nasionalisme, nilai-nilai Pancasila, nilai-nilai sejarah bangsa dengan pendekatan agama.
Kenapa kok dengan pendekatan agama? Karena selama ini kelompok radikal ini selalu memanipulasi agama, selalu membentur-benturkan atau mendikotomi antara agama dan negara, agama dan budaya, agama dan nasionalisme.
Baca juga: BNPT Ungkap Urgensi UU yang Bisa Jerat Aktor Ideolog Radikalisme dan Ekstremisme Keagamaan
Maka dengan pendekatan agama yang kaffah, yang benar, yang baik, ini akan menghilangkan celah pendikotomian mereka.