Pemerintah Terus Berupaya Mempertahankan Kasus Covid-19 Tetap Rendah
Masyarakat Indonesia mengalami peningkatan imunitas secara alami di populasi karena merebaknya penularan Covid-19 di gelombang kedua.
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito menuturkan pemerintah Indonesia terus berupaya mempertahankan kasus Covid-19 tetap rendah.
Indonesia tercatat sebagai negara tren kasus turun selama 130 hari sebesar 99,03 persen dari puncak.
"Kita menyiapkan strategi kebijakan berlapis yakni pembatasan kegiatan masyarakat yang sesuai dengan kondisi kasus," ucap Wiku dalam Forum Diskusi Salemba 67 di Jakarta, Senin (29/11/2021).
Vaksinasi tetap menjadi hal yang harus dipenuhi untuk menekan lonjakan kasus dan patuh terhadap protokol kesehatan 5M (memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, membatasi mobilitas, dan menjauhi kerumunan).
"Kalau tidak bisa dijalani semua tapi paling penting memakai masker. Karena itu titik masuk virus ke badan manusia," lanjutnya.
Menurut Wiku, masyarakat Indonesia mengalami peningkatan imunitas secara alami di populasi karena merebaknya penularan Covid-19 di gelombang kedua.
Pembatasan mobilitas dan aktivitas masyarakat secara proporsional di tiap kabupaten atau kota melalui penerapan level asesmen.
Wiku menambahkan saat ini pemerintah melakukan penanganan Covid -19 dengan pendekatan 5S (Strategi, Struktur, Sistem, Skill, Speed) 1T (Target).
"Pemerintah mengoptimalkan kemampuan daerah jadi tidak mengedepankan kuratif karena fasilitas kesehatan kita tidak memadai," imbuh Kepala Satuan Tugas Penanganan Covid-19 ini.
Ia mengingatkan saat terjadi gelombang kedua jumlah pasien yang membeludak membuat rumah sakit tidak lagi dapat menampung.
"Jadi kita harus membangun struktur, birokrasi pusat/daerah yang harus terhubung dengan baik. Ini yang harus direstrukturisasi kendali kebijakan gotong royong antar satu daerah dan lainnya," pungkasnya.
Menyikapi kasus varian baru Omicron, pemerintah memberlakukan penutupan sementara pintu masuk ke Indonesia.
Pemberian visa ditangguhkan sementara kepada warga negara asing (WNA) dengan riwayat perjalanan dalam 14 hari terakhir ke Afrika Selatan, Botswana, Lesotho, Eswatini, Mozambique, Malawi, Zambia, Zimbabwe, Angola, Namibia, dan Hong Kong.
Peraturan ini dikecualikan kepada pemegang visa diplomatik dan dinas, pejabat asing setingkat menteri ke atas beserta rombongan yang melakukan kunjungan resmi/kenegaraan, masuk dengan skema Travel Corridor Arrangement, dan delegasi negara anggota G20.
"Daftar negara ini dapat ditambah jika ada konfirmasi transmisi lokal di negara lainnya. Sebagai tindak lanjut, ketentuan ini akan diberlakukan dalam 1x24 jam ke depan," tegas Wiku.
Sementara Warga Negara Indonesia (WNI) yang memiliki riwayat perjalanan ke negara-negara tersebut dalam 14 hari terakhir tetap diizinkan untuk kembali ke Indonesia dengan kewajiban menjalani karantina selama 14 hari.
Sedangkan untuk WNA dan WNI dari negara lain yang tidak disebutkan di atas wajib melakukan penyesuaian durasi karantina menjadi 7x24 jam.
Penambahan durasi karantina dari yang sebelumnya hanya 3 atau 5 hari tergantung status vaksinasinya ini merupakan upaya kehatia-hatian pemerintah untuk mencegah potensi lonjakan kasus akibat varian ini.
"Sebagai tindak lanjut, Satgas Covid-19 pun akan segera melakukan sosialisasi masif dan menyesuaikan manajemen karantina kepada petugas di lapangan untuk menjamin implementasi yang disiplin dan ketat," ujar Wiku.
Tutup Jalur Masuk Internasional
Ahli Epidemiologi Universitas Indonesia Tri Yunis Miko Wahyono menuturkan perlunya upaya menghambat varian baru Omicron.
Menurut dia, negara yang terdeteksi sudah ada varian tersebut seharusnya ditutup sedangkan yang sudah memiliki perjanjian perdagangan dibuka dengan ketat.
"Kalau hanya dikarantina menurut saya masih mungkin tembus saringannya kurang kuat," urai Miko.
Pihaknya khawatir Indonesia terlambat menyadari kasus ini sudah merebak dan gagal ditanggulangi.
"Kemudian yang saya takutkan kita terlambat. Ini bahayanya seperti di Belanda sudah masuk tujuh dan terus naik. Kita khawatir nanti bisa naik tiga kali lipat," lanjut dia.
Apabila kasus Omicron sudah masuk ke Indonesia hanya tinggal menunggu bom waktu saja untuk meledak menjadi gelombang ketiga.
"Kalau itu sudah masuk yang bisa dilakukan hanya berdoa saja kita tidak terlambat," ujarsnya. (Tribun Network/Reynas Abdila)