The Untold Story Kopassus untuk Indonesia, Kumpulan Kisah Heroik Pasukan Khusus di Tanah Air
Nama harum Kopassus yang melegenda tidak hanya memberikan kebanggaan kepada para anggotanya.
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Editor: Dewi Agustina
Penghormatan, sebagai contoh, tidak hanya berlaku bagi yunior kepada senior, tetapi juga dari senior kepada yunior.
Saling menjaga kehormatan antara yunior dan senor sudah diawali sejak lahirnya pasukan khusus. Ada kisah menarik digelar dalam buku ini tentang Kapten (Purn) Wardi. Atas penunjukan Kapten Sandihardjo pada tahun 1950-an, Wardi yang bintara (onder officier) diangkat sebagai salah satu dari 40 pelatih pasukan RPKAD.
Pada waktu itu pasukan RPKAD memiliki peran penting meredam gerakan radikal dan separatis yang merongrong keutuhan NKRI.
Setelah empat tahun menjadi pelatih, Wardi ingin juga menyandang brevet seperti anak didiknya.
Karena itu, ia pun mengikuti pendidikan dasar komando dan digembleng oleh pelatih muda dari angkatan kedua komando generasi LB Moerdani yakni Dading Kalbuadi dkk yang tidak lain adalah anak didiknya sendiri.
TIDAK HEBAT TAPI TERLATIH
Putut menjelaskan, Kopassus akan selalu menjadi solusi Indonesia juga ditegaskan oleh Jenderal TNI (Pur) Agum Gumelar.
Komandan Kopassus ke-13 (1993-1994) ini menegaskan, “Satuan Baret Merah harus menjadi satuan yang dibanggakan oleh seluruh rakyat Indonesia. Jadilah prajurit Komando yang mencintai dan dicintai seluruh rakyat Indonesia.”
Baca juga: Kopassus dan Brimob di Timika Bentrok Dipicu Harga Rokok, Kompolnas: Sangat Memalukan
Komandan Kopassus ke-12, Letjen TNI (Purn) Tarub berujar, “Kami tidak hebat tetapi terlatih, Semangat ini harus dipertanggungjawabkan demi keberhasilan tugas.” Oleh karena itu, selain menang tanpa harus ada pertumpahan darah, menjadi pasukan Komando siap untuk diturunkan dalam operasi darat, laut dan udara. Mereka dilatih secara khusus dan ditempa latihan tempur di hutan dan gunung bersuhu ekstrem.
Menurut Letjen TNI (Pur) Sintong Panjaitan, Komandan Kopassus ke 10 (1985-1987), prajurit Kopassus harus jadi prajurit berdisiplin tinggi yang setia kepada negara, "Tunduk dan taat kepada atasan dan pimpinan, pemimpin yang diakui negara.
Jadi kita bisa bersatu, membuat negara ini lebih damai dan baik.”
Sejarah panjang nama besar Kopassus diawali dari usulan Letkol Ignatius Slamet Riyadi pada 1950 yang merasa perlu dibentuk pasukan khusus. Ide itu sejalan dengan cita-cita atasannya yakni Kolonel Alex Evert Kawilarang saat menjabat Panglima Tentara & Teritorium I/Sumatera.
Hubungan erat keduanya mewujudkan gagasan pembentukan pasukan komando dengan ditandatangani surat keputusan pembentukan pasukan komando oleh Kolonel Kawilarang pada 16 April 1952 dan Mayor. Inf. Mochammad Idjon Dhambi, eks perwira commando didikan Inggris dan sekaligus veteran Perang Dunia II sebagai komandan pertama.
Dengan berspiritkan “Lebih Baik Pulang Nama, Daripada Gagal Di Medan Laga”, berbagai medan pertempuran ditundukan oleh pasukan khusus.