Survei KedaiKOPI: 40,5 Persen Masyarakat Ngaku Keuangannya Saat Ini Lebih Buruk Dibanding Tahun Lalu
Hasil survei KedaiKOPI menyebut 40,5 persen masyarakat Indonesia saat ini mengalami kondisi keuangan jauh lebih buruk daripada tahun lalu.
Penulis: Danang Triatmojo
Editor: Adi Suhendi
Laporan wartawan tribunnews.com, Danang Triatmojo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Hasil survei KedaiKOPI menyebut 40,5 persen masyarakat Indonesia saat ini mengalami kondisi keuangan jauh lebih buruk daripada tahun lalu.
Kemudian 41,4 persen mengaku sama saja atau tidak ada perubahan.
Sementara 18,1 persen menilai keuangannya malah lebih baik daripada tahun lalu.
Survei ini berangkat dari pertanyaan 'Bagaimana kondisi keuangan anda saat ini jika dibandingkan dengan 1 tahun sebelumnya', dengan sodoran 3 opsi jawaban.
Metode survei menggunakan face to face interview.
Survei diambil pada rentang 16-24 November 2021 dengan melibatkan 1.200 responden yang tersebar di 34 provinsi.
Margin of error kurang lebih 2,83 persen.
Baca juga: 2 Orang Positif Omicron usai Pulang dari Amerika dan Inggris, Satgas Covid-19 Fokus Lakukan Tracing
Komposisi responden jenis kelamin laki-laki 50,6 persen dan perempuan 49,4 persen.
Mayoritas responden tamatan SMA 54,6 persen, SLTP 22,6 persen, tamatan SD 13,2 persen, tamatan S1 4,5 persen.
"Ketika ditanya kondisi keuangan, 40,5 persen bilang lebih buruk daripada tahun lalu," kata Direktur Eksekutif Lembaga Survei KedaiKOPI, Kunto Adi Wibowo membacakan rilis survei, Sabtu (19/12/2021).
Selain itu, responden juga menyebut bahwa permasalahan utama di Indonesia saat ini adalah masyarakat yang kehilangan pekerjaan atau jadi pengangguran akibat pandemi Covid-19.
Baca juga: Positif Covid-19, Seorang Pekerja Migran Indonesia di Batam Kabur dari Fasilitas Karantina
Masalah itu jadi yang paling sering disebut oleh responden dengan 18,1 persen.
Menyusul di bawahnya dengan perekonomian terpuruk 17,2 persen. Sisanya, pandemi tak kunjung teratasi 7 persen, harga kebutuhan pokok naik 6,4 persen.
"Alasannya karena masyarakat kehilangan pekerjaan karena Covid-19, dan membuat perekonomian terpuruk karena Covid-19," kata kunto.