Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

PTM Digelar Saat Omicron Masuk Indonesia, Bagaimana Jika Ada Siswa yang Tertular?

Pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas kembali digelar pada Senin (3/1/2021) hari ini. Pada saat bersamaan kasus covid-19 omicrpn merebak di Indonesia

Editor: Anita K Wardhani
zoom-in PTM Digelar Saat Omicron Masuk Indonesia, Bagaimana Jika Ada Siswa yang Tertular?
WARTA KOTA/WARTA KOTA/Angga Bhagya Nugraha
PTM Digelar Saat Omicron Masuk Indonesia, Bagaimana Jika Ada Siswa yang Tertular? Warta Kota/Angga Bhagya Nugraha 

Ketentuan Pelaksanaan Kegiatan lain di area Satuan Pendidikan saat PTM Terbatas:

1. Kantin belum diperbolehkan beroperasi;

2. Pedagang yang berada di luar gerbang di sekitar lingkungan satuan pendidikan diatur oleh satgas Covid setempat;

3. Kegiatan ekstrakurikuler dan olahraga di dalam dan di luar ruangan dilaksanakan sesuai aturan PTM Terbatas dan Protokol Kesehatan;

4. Kegiatan Pembelajaran di luar lingkungan satuan pendidikan diperbolehkan sesuai dengan ketentuan pengaturan PPKM;

5. Tempat pengantaran dan penjemputan peserta didik dilaksanakan di tempat terbuka dan menerapkan protokol kesehatan secara ketat;

6. Tempat parkir terutama untuk kendaraan roda 2 (dua) diatur agar memungkinkan penerapan jaga jarak. 

Gambar ilustrasi yang diambil di London pada 2 Desember 2021 menunjukkan empat jarum suntik dan layar bertuliskan 'Omicron', nama varian baru covid 19, dan ilustrasi virus.
Gambar ilustrasi yang diambil di London pada 2 Desember 2021 menunjukkan empat jarum suntik dan layar bertuliskan 'Omicron', nama varian baru covid 19, dan ilustrasi virus. (Justin TALLIS / AFP)
Berita Rekomendasi

PTM Dihentikan Sementara Jika Ada yang Tertular Covid-19

Bagaimana jika ada peserta PTM ada yang terkonfirmasi covid-19?

Terpisah, Kepala Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta, Nahdiana mengatakan

Pihaknya bakal berkolaborasi dengan Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta untuk melaksanakan Active Case Finding (ACF) atau melacak kasus secara aktif sebagai upaya mencegah penularan Covid-19 di lingkungan sekolah.

Apabila warga sekolah terindikasi terpapar Covid-19, satuan pendidikan tersebut menghentikan sementara PTM Terbatas selama 5 hari pada rombongan belajar yang terdapat kasus Covid-19 dan pembelajaran dilaksanakan secara daring.

Satgas Covid-19 di sekolah akan melakukan koordinasi dengan Satgas Covid-19 Kelurahan dan berkoordinasi dengan fasilitas kesehatan terdekat untuk melakukan penyemprotan disinfektan, termasuk melakukan tracing kepada warga sekolah yang berkontak erat.

Kemudian, PTM Terbatas dapat dihentikan sementara dan kembali menerapkan PJJ selama 14 hari, jika terjadi hal-hal sebagai berikut:

- Terjadi klaster penularan Covid- 19 di satuan pendidikan; 

- Hasil surveilans epidemiologis menunjukkan angka positiuity rate warga satuan pendidikan terkonfirmasi Covid- 19 sebanyak syo (lima persen) atau lebih;

- Warga satuan pendidikan yang masuk dalam notifikasi hitam (kasus konfirmasi dan kontak erat Covid- 19) pada aplikasi Pedulilindungi sebanyak lima persen atau lebih.

Lebih lanjut, PTM Terbatas akan kembali diterapkan setelah 14 hari tersebut, dengan syarat:

- Penerapan protokol kesehatan dan daftar periksa siap untuk dilaksanakan oleh satuan pendidikan bersangkutan;

- Warga satuan pendidikan yang terkonfirmasi dan kontak erat Covid- 19 sudah tertangani.

Ketua Umum IDAI Piprim Basarah Yanuarso
Ketua Umum IDAI Piprim Basarah Yanuarso (Tribunnews/Rina)

Rekomendasi Rekomendasi Terbaru IDAI Soal PTM Pasca Temuan Kasus Omicron di Indonesia

Terkait metode 'Pembelajaran Tatap Muka (PTM)' untuk anak di sekolah, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) baru saja menyampaikan rekomendasi terbaru.

Ketua Umum IDAI dan Dokter Spesialis Anak, dr Piprim Basarah Yanuarso, Sp.A(K)., mengatakan bahwa rekomendasi ini dirilis dengan mempertimbangkan sejumlah hal.

Pertimbangan pertama didasarkan pada pengalaman yang telah terjadi sebelumnya, terkait kasus Covid-19 yang selalu mengalami peningkatan pasca momen liburan.

"Setiap habis libur, maka kasus Covid akan meningkat tidak hanya pada (kelompok) dewasa, namun juga pada anak," ujar dr Piprim, dalam keterangan resmi IDAI, Minggu (2/1/2022) malam.

Kemudian pertimbangan kedua adalah saat ini telah ditemukan pula kasus infeksi yang terkait dengan varian baru Covid-19 yakni 'Omicron' di Indonesia.

Ilustrasi Covid-19 Varian Omicron.
Ilustrasi Covid-19 Varian Omicron. (KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo)

Pertimbangan selanjutnya adalah terkait temuan data dari berbagai negara yang menunjukkan bahwa lonjakan kasus infeksi pada kelompok anak ini didominasi oleh anak yang belum memperoleh vaksinasi Covid-19.

"Ditambah data di negara lain seperti Amerika Serikat (AS), negara-negara Eropa dan Afrika terkait peningkatan kasus Covid-19 pada anak dalam beberapa minggu terakhir, yang mana sebagian besar kasus anak yang sakit adalah anak yang belum mendapat imunisasi Covid-19," tegas dr Piprim.

Sementara itu, Sekjen IDAI, dr Hikari Ambara Sjakti, Sp.A(K)., mengatakan bahwa rekomendasi ini turut mempertimbangkan pentingnya proses pendidikan anak usia sekolah dan pengaplikasian beberapa inovasi metode pembelajaran oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek).

"IDAI mendukung pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka tapi di waktu dan tempat yang tepat, karena keselamatan dan kesehatan anak adalah yang utama," kata dr Hikari.

Terkait metode PTM ini, berikut 13 rekomendasi IDAI untuk mendukung proses belajar mengajar yang aman bagi anak-anak, meliputi:

1. Untuk membuka Pembelajaran Tatap Muka, 100 persen guru dan petugas sekolah harus sudah mendapatkan vaksinasi Covid-19.

2. Anak yang dapat masuk sekolah adalah anak yang sudah diimunisasi Covid-19 lengkap 2 kali dan tanpa komorbid (penyakit penyerta).

3. Sekolah tetap harus patuh pada protokol kesehatan terutama fokus pada penggunaan masker wajib untuk semua orang yang ada di lingkungan sekolah, ketersediaan fasilitas cuci tangan, menjaga jarak, tidak makan bersamaan.

Kemudian memastikan sirkulasi udara terjaga, serta mengaktifkan sistem penapisan aktif per harinya untuk anak, guru, petugas sekolah dan keluarganya yang memiliki gejala suspek Covid-19.

4. Untuk kategori anak usia 12 hingga 18 tahun, diharapkan Pembelajaran Tatap Muka dapat dilakukan 100 persen dalam kondisi 'tidak adanya peningkatan kasus Covid-19 di daerah tersebut dan tidak adanya transmisi lokal Omicron di daerah tersebut.

Lalu Pembelajaran Tatap Muka dapat dilakukan metode hybrid (50 persen luring, 50 persen daring) dalam kondisi 'masih ditemukan kasus Covid-19 namun positivity rate di bawah 8 persen, ditemukan transmisi lokal Omicron yang masih dapat dikendalikan, lalu anak, guru, dan petugas sekolah sudah mendapatkan vaksinasi Covid-19 100 persen'.

5. Untuk kategori anak usia 6 hingga 11 tahun, diharapkan Pembelajaran Tatap Muka dapat dilakukan metode hybrid (50 persen luring, 50 persen daring) dalam kondisi 'tidak adanya peningkatan kasus Covid-19 di daerah tersebut dan tidak adanya transmisi lokal Omicron di daerah tersebut'.

Pembelajaran Tatap Muka dapat dilakukan melalui metode hybrid (50 persen daring, 50 persen luring outdoor) karena 'masih ditemukan kasus Covid-19 namun positivity rate di bawah 8 persen, Ditemukan transmisi lokal Omicron yang masih dapat dikendalikan, serta fasilitas outdoor yang dianjurkan adalah halaman sekolah, taman, pusat olahraga, ruang publik terpadu ramah anak'.

6. Untuk kategori anak usia di bawah 6 tahun, sekolah Pembelajaran Tatap Muka belum dapat dianjurkan hingga akhirnya dinyatakan tidak ada kasus baru Covid-19 atau tidak ada peningkatan kasus baru.

Lalu sekolah dapat memberikan pembelajaran sinkronisasi dan asinkronisasi dengan metode daring, serta mengaktifkan keterlibatan orangtua di rumah dalam kegiatan outdoor atau luar ruang.

Selanjutnya, sekolah dan orangtua dapat melakukan kegiatan kreatif seperti mengaktifkan permainan daerah di rumah, melakukan pembelajaran outdoor mandiri di tempat terbuka masing-masing keluarga dengan modul yang diarahkan sekolah seperti aktivitas berkebun, eksplorasi alam dan lain sebagainya.

Untuk rekomendasi bermain ini dapat mengutip dari rekomendasi permainan anak sesuai dengan rekomendasi IDAI.

7. Anak dengan komorbiditas dapat berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter spesialis anak.

Komorbiditas anak ini meliputi penyakit seperti keganasan, diabetes melitus, penyakit ginjal kronik, penyakit autoimun, penyakit paru kronis, obesitas, hipertensi, dan lainnya.

8. Mengimbau untuk segera melengkapi imunisasi rutin anak usia 6 tahun ke atas.

9. Anak dianggap telah mendapatkan perlindungan dari imunisasi Covid-19 jika telah mendapatkan dua dosis vaksin secara lengkap dan proteksi dinyatakan cukup setelah 2 minggu pasca penyuntikan imunisasi terakhir.

10. Sekolah dan pemerintah memberikan kebebasan kepada orangtua dan keluarga untuk memilih Pembelajaran Tatap Muka atau daring, tidak boleh melakukan paksaan.

11. Untuk anak yang memilih pembelajaran daring, sekolah dan pemerintah harus menjamin ketersediaan proses pembelajaran daring.

12. Rekomendasi lengkap terkait protokol kesehatan dan proses mitigasi merujuk rekomendasi IDAI sebelumnya.

13. Keputusan buka atau tutup sekolah harus memperhatikan adanya kasus baru Covid-19 di sekolah atau tidak.

Kendati demikian, IDAI menekankan bahwa rekomendasi ini bersifat dinamis, karena disesuaikan dengan perkembangan terkini terkait situasi pandemi Covid-19.

(Tribunnews/Fitri Wulandari/Yunita Rahmayanti)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas