Perguruan Tinggi Digital UICI Gelar Sidang Senat Terbuka Dalam Rangka Milad Pertama
Rektor UICI Prof. Laode Masihu Kamaluddin menyampaikan kehadiran UICI sebagai perguruan tinggi digital mendapat sambutan dan dukungan kuat dari pemeri
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Universitas Insan Cita Indonesia (UICI) menggelar sidang senat terbuka dalam rangka ulang tahun atau milad pertama pada Senin (17/1/2022) di Perpustakaan Nasional, Jl. Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat.
Rektor UICI Prof. Laode Masihu Kamaluddin menyampaikan kehadiran UICI sebagai perguruan tinggi digital mendapat sambutan dan dukungan kuat dari pemerintah.
Hal itu ia sampaikan saat mengutip sambutan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) pada 15 Januari 2021.
Pada tanggal tersebut, Presiden Jokowi mengumumkan keluarnya izin didirikannya UICI. Tanggal itu kemudian ditetapkan sebagai hari lahirnya UICI.
"Inovasi-inovasi seperti ini yang harus banyak dilakukan agar kita mampu memenangkan kompetisi global yang semakin ketat dan sengit,” kata Laode mengutip Presiden Jokowi.
Prof. Laode mengatakan setelah satu tahun berdiri, UICI telah membuka empat program studi, yakni bisnis digital, komunikasi digital, sains data, dan informatika.
UICI juga telah membangun platform pembelajaran yang berbeda dengan perguruan tinggi yang lain.
UICI mengembangkan Digital Teaching Learning System (DSTLS). Dengan platform ini, pendidikan di UICI bisa diakses dari mana saja dan kapan saja.
Baca juga: Transformasi Digital Jokowi Bantu Dunia Usaha Temukan SDM Unggul
"Dengan teknologi ini, UICI bisa memberikan kesempatan kepada siapa pun untuk belajar tanpa kendala jarak, tempat, dan waktu," kata Prof. Laode.
Dengan begitu, pembelajaran di UICI lebih hemat dan efisien, di mana hal ini dapat membantu program pemerintah, terutama penghematan program subsidi internet.
Selanjutnya Prof. Laode mengungkapkan empat misi yang dibawa UICI. Pertama, penyelenggaraan pendidikan inklusif berbasis digital.
Kedua, melakukan penelitian tentang isu-isu krusial terkait kemanusiaan, kebangsaan, dan keumatan serta memperoleh solusinya sebagai kontribusi dalam pembangunan bangsa dan negara.
Ketiga, menerapkan iptek yang berdampak pada pengembangan kehidupan masyarakat secara utuh dan berkelanjutan.
Keempat, melakukan peran sebagai pusat pengembangan nilai-nilai keislaman dan keindonesiaan dalam kehidupan berkebangsaan.