Data Bank Indonesia Diduga Bocor, Diretas Geng Conti Ransomware?
Dark Tracer, platform intelijen dark web melaporkan sejumlah data milik Bank Indonesia telah diretas geng Conti ransomware, Kamis (20/1/2022).
Editor: Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dark Tracer, platform intelijen dark web melaporkan sejumlah data milik Bank Indonesia telah diretas geng Conti ransomware, Kamis (20/1/2022).
"[Peringatan] Geng ransomware Conti telah mengumumkan "Bank Indonesia" sebagai daftar korbannya," tulisnya seperti dikutip dari Kompas.TV.
Dark Tracer melalui akunnya @darktracer_int memperlihatkan tangkapan layar data-data yang diduga berhasil diretas dari Bank Indonesia.
Laman rilis Conti ransomware, Conti News, mengumumkan daftar peretasan yang diduga merupakan data dari Bank Indonesia.
Data tersebut tertulis baru muncul sebesar 1 persen dengan ukuran 487,90 MB.
Dari sejumlah data dalam folder ber-subdomain bi.go.id yang diduga diretas terdapat file yang bisa dibuka dan diunduh secara bebas.
Conti ransomware merupakan geng organisasi crimeware profesional dan mempersenjatai serangan dengan kerentanan Log4Shell.
Melansir Keamanan Siber dan Agensi Keamanan Infrastruktur, umumnya serangan dari Conti adalah mencuri file, mengenkripsi server dan workstation, dan meminta pembayaran tebusan.
Dalam laporan ThreatPost, Kamis (20/1), Conti dipercaya sebagai grup yang berbasis di Rusia. Palo Alto Networks menyatakan tempat tersebut merupakan salah satu yang terkejam dari lusinan grup ransomware yang diketahui masih aktif.
Serangan Conti paling populer menurut Heimdal Security mulai dari Layanan Kesehatan Irlandia, perusahaan elektronik Jepang JVCKenwood, sistem kota Tusla di Oklahoma.
Terkait serangan kepada layanan kesehatan Irlandia, Conti mengeklaim memiliki akses dan mencuri 700 GB file yang terdiri dari info pasien dan info karyawan, kontrak, laporan keuangan, penggajian, dan lainnya.
Conti mengatakan mereka akan memberikan kunci pembuka file-file tersebut atau menghapus data yang dicuri jika pihak Irlandia tidak menebus uang sebesar 19.999.000 dolar AS atau setara Rp287 miliar.
Sejauh ini belum ada konfirmasi dari pihak Bank Indonesia (BI). (Kompas.TV/Tribunnews.com)