Pilpres 2024 Mulai Ramai, Spanduk Erick Thohir-Khofifah Bertebaran di Malang Raya
Tak hanya muncul di media massa dan online, alat peraga kampanye terus bermunculan di sudut-sudut pemukiman masyarakat di sejumlah daerah di Indonesia
Editor: Hasanudin Aco
Warga Klojen, Malang lainnya yang bernama Herman (29) mengatakan masyarakat memiliki pilihannya masing-masing dalam Pilpres 2024 mendatang.
Dia menilai pasangan Erick Thohir – Khofifah Indar Parawansa cocok untuk memimpin lima tahun ke depan.
“Cocok-cocok saja pasangan Pak Erick Thohir dan Bu Khofifah Indar Parawansa. Buktinya ini ada spanduk, jadi mungkin ini pasangan yang diinginkan oleh masyarakat Malang atau Jatim karena ada Ibu Gubernur (Khofifah),” terang Herman.
Capres Mulai Cari Pasangan
Sebelumnya, Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 Jusuf Kalla (JK) berpandangan bahwa tahun 2022 tidak akan menjadi tahun yang panas secara politik tetapi justru akan menjadi tahun yang romantis.
Alasannya, menurut JK, pada tahun ini partai-partai politik dan para tokoh justru saling ingin mencari pasangan untuk berkoalisi pada Pemilihan Presiden 2024 mendatang.
"Tahun ini tahun yang romantis karena semua orang ingin mencari pasangan, ingin pasangan, keliling mencari pasangan, cari koalisi. Jadi semua mencari yang cantik dan gagah gitu kan, persis orang pacaran sekarang," kata JK dalam public talkshow yang ditayangkan akun YouTube PKSTV, Senin (31/1/2022) seperti dikutip dari Kompas.com.
JK menuturkan, pertemuan-pertemuan untuk menjajaki koalisi pada Pilpres 2024 akan intens dilakukan pada tahun ini.
Ia memperkirakan, pada akhir tahun 2022 sudah mulai terlihat pasangan mana yang 'berpacaran' atau punya potensi berpasangan di Pilpres 2024.
"Jadi tahun ini tahun paling aman, 2023 mungkin agak panas, tapi 2022 sangat romantis. Banyak lobi-lobi, banyak undangan makan, diundang makan ke sini ngomong-ngomong, tes-tes pendapat bagaimana kalau kita sama-sama," ujar JK.
Saat ditanya mengenai terbentuknya koalisi antara partai nasionalis dan religius, JK berpandangan hampir semua partai saat ini memiliki ideologi yang sama yakni nasionalis-religius.
Ia mencontohkan, partai-partai yang sering disebut nasionalis pun nyatanya juga kerap mengadakan acara keagamaan, yang bahkan lebih dulu digelar sebelum dilaksankan oleh partai-partai religius.
Di sisi lain, partai-partai yang disebut religius juga tidak membatasi keanggotaan partainya hanya untuk agama-agama tertentu.
"Jadi sebenarnya hampir semua sama partai-partai ini, semua menjalankan nasionalis-religius, karena itu ya mereka siap berkoalisi," kata JK.