Kasus Covid-19 Omicron Alami Peningkatan, Nakes Rentan Tertular, Kemenkes Ungkap Strateginya
Seiring dengan meningkatnya jumlah kasus tersebut, secara tidak langsung membuka peluang rentannya tenaga kesehatan tertular virus ini
Penulis: Galuh Widya Wardani
Editor: Whiesa Daniswara
TRIBUNNEWS.COM - Kasus Covid-19 varian Omicron di Indonesia mulai menunjukkan tren peningkatan.
Seiring dengan meningkatnya jumlah kasus tersebut, secara tidak langsung membuka peluang rentannya tenaga kesehatan (nakes) tertular virus ini di tempat pelayanan kesehatan.
Juru Bicara Vaksinasi Kementerian Kesehatan, dr. Siti Nadia Tarmizi, mengatakan pihaknya akan berkoordinasi untuk melakukan pencegahan penularan.
Yakni dengan meminta dinas kesehatan provinsi/kabupaten dan seluruh direktur rumah sakit, untuk menjamin ketersediaan tenaga kesehatan di tempat pelayanan kesehatan di daerahnya.
Baca juga: Kasus Sembuh Covid-19 di DKI Capai 16.342, Lebih Banyak dari Temuan Kasus Baru
Sejauh ini, kata Nadia, jumlah tenaga kesehatan masih tersedia dan cukup untuk membantu merawat pasien Omicron.
Sehingga tidak berdampak pada pelayanan kesehatan.
Kendati demikian, pihaknya tetap meminta kepada dinas kesehatan provinsi/kabupaten dan seluruh direktur rumah sakit untuk memonitoring terkait jumlah nakesnya.
Dengan upaya ini, pusat pelayanan kesehatan tidak mengalami kondisi kontigensi dan krisis tenaga kesehatan.
“Kondisi krisis tenaga kesehatan merupakan kondisi kekurangan tenaga kesehatan yang terjadi di fasilitas pelayanan kesehatan, sehingga berdampak pada pelayanan kesehatan,” kata Nadia dikutip sehatneheriku.go.id, Minggu (13/2/2022).
Baca juga: Bali Siapkan Antisipasi Lonjakan Kasus Omicron
Dua strategi yang dapat diterapkan untuk mengantisipasi kondisi kekurangan nakes dapat dilakukan melalui internal rumah sakit dan eksternal rumah sakit.
Strategi internal rumah sakit dapat dilakukan dengan pengaturan jadwal shift, mobilisasi nakes dari unit lain ditugaskan membantu pelayanan di layanan Covid-19.
Tidak mengurangi atau menunda layanan non emergensi, dan meningkatkan layanan telemedicine.
Perlu juga pelibatan dokter/tenaga kesehatan yang sedang menjalankan isolasi mandiri tanpa gejala dalam pelayanan melalui telemedicine.
Ini dilakukan agar pasien tetap mendapatkan telekonsultasi langsung dengan staf, perawat atau dokter.