Aktivis Senior: Wacana Penundaan Pemilu Khianati Amanat Reformasi
Aktivis senior, Bursah Zarnubi mengatakan peta jalan demokrasi Indonesia telah susah payah dibangun bersama sejak masa reformasi.
Penulis: Glery Lazuardi
Editor: Malvyandie Haryadi
Dalam hal dana, Pemerintah bisa meminjam uang dari dalam negeri, atau bisa juga dengan melakukan relokasi anggaran dari sektor lain.
"Anggaran buat infrasturktur bisa direlokasi untuk Pemilu. Uangnya jadi beredar di masyarakat kecil. Ini multiplier effect-nya lebih tinggi. Apakah ketum parpol itu sudah mempelajari itu atau belum?," kata Anthony.
Sementara itu Gamari Sutrisno menyambut baik banyaknya elemen masyarakat yang menyuarakan penolakan terhadap usulan penundaan pemilu.
Dia prihatin karena permasalahan bangsa Indonesia kini hampir terjadi di semua aspek kehidupan mulai dari sosial, politik, ekonomi, hingga ideologi.
Keadaan diperparah dengan tidak berjalannya fungsi pengawasan oleh legislatif sebagaimana mestinya. malahan legislatif cenderung berkolaborasi dengan eksekutif dan bahkan yudikatif.
"Untuk memperbaiki keadaan, langkah aksi kita diperlukan untuk mencegah kerusakan yang semakin parah," kata Gamari.
Senada dengan Gamari, Ariady Achmad mengusulkan agar suara penolakan yang sudah ada dihimpun dan diformulasikan dalam agenda aksi berupa petisi.
"Petisi ini harus segera dibuat karena yang kita hadapi ini tidak main main. Kita kini turun gunung karena batas toleransi kita sudah dilampaui," kata Ariady.
Hal serupa juga disampaikan Sayuti Asyathri. Dia setuju dengan pendapat Ariady bahwa yang dihadapi bukan hal kecil karena ada kepentingan oligarki global.
"Oligari global ini akan berupaya terus menjadikan kita lumpuh dan tidak berdaya. Sebenarnya, para ketua umum Parpol itu pun sudah putus asa karena mereka juga tidak didengar," kata Sayuti.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.