Dinilai Klenik, Ganjar Pranowo Jawab soal Penyatuan Air dan Tanah dalam Pembangunan IKN
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menjawab adanya penilaian aksi gubernur membawa air dan tanah ke IKN itu penuh dengan klenik
Penulis: Galuh Widya Wardani
Editor: Inza Maliana
![Dinilai Klenik, Ganjar Pranowo Jawab soal Penyatuan Air dan Tanah dalam Pembangunan IKN](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/gubernur-jawa-tengah-ganjar-pranowo-maret-2022.jpg)
TRIBUNNEWS.COM - Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, turut hadir dalam serangkaian kegiatan pembangunan IKN baru Indonesia.
Untuk diketahui, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengundang 33 gubernur seluruh Indonesia ke lokasi Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di Kalimantan Timur, Senin (14/3/2022) hari ini.
Semua gubernur diminta membawa satu liter air dan dua kilogram tanah dari masing-masing provinsi ke IKN.
Atas permintaan Jokowi itu, Ganjar menyebut air dan tanah yang ia bawa itu diambil dari sejumlah gunung yang diyakini menjadi puser bumi atau pusatnya dunia.
Lokasi pengambilan air dan tanah itu juga dikonsultasikan Ganjar pada para sesepuh Jawa.
"Jawa Tengah itu ada beberapa lokasi yang dikenal sebagai puser bumi."
"Jadi pusatnya bumi itu ada di Jawa Tengah, lokasi yang jadi pusat kebudayaan, ada peninggalan leluhur dan lainnya."
Baca juga: Anies: Hadirnya IKN Nusantara Jadi Peluang untuk Mempercepat Pembangunan Jakarta sebagai Kota Global
Baca juga: Datang ke IKN, Ridwan Kamil Bawa Air dan Tanah dari 27 Kabupaten/Kota di Jawa Barat
"Ya orang tua kan lebih paham, makanya kemudian tanah dan air dari lokasi itulah yang saya bawa," jelas Ganjar saat tiba di Balikpapan seperti yang diwartakan Tribunnews.com sebelumnya, Minggu (13/3/2022).
Dinilai Klenik
Disinggung mengenai adanya penilaian aksi gubernur membawa air dan tanah itu penuh dengan klenik, Ganjar menanggapinya dengan santai.
Menurut Ganjar, ini adalah bagian dari kultural bangsa Indonesia yang tidak bisa dilepaskan.
"Ini kultural, semua daerah pasti punya sendiri-sendiri. Ada nilai-nilai luhur yang bisa dilakukan."
"Kita boleh bicara modern, kekinian dengan referensi buku-buku baru."
"Tapi kita mesti punya kepribadian dalam kebudayaan," tegas Ganjar.