DPR Anggarkan Rp 48 Miliar untuk Ganti Gorden, Pengamat: DPR Kehilangan Empati pada Rakyat
Pengamat politik Ubedilah Badrun turut menanggapi soal keputusan DPR yang mengalokasikan anggaran sebesar Rp 48,7 miliar untuk penggantian gorden.
Penulis: Faryyanida Putwiliani
Editor: Wahyu Gilang Putranto
Setjen DPR RI, lanjut Dasco, sebelumnya juga telah menerima keluhan anggota Dewan soal gorden yang telah rusak atau hilang
"Karena anggaran yang tidak mencukupi kemarin-kemarin itu, sehingga kemudian dipituskan pada tahun ini diganti dengan lelang yang terbuka."
"Itupun atas usulan Sekretariat Jenderal DPR yang menerima keluhan anggota, bukan cuma periode ini tapi dari yang lalu," jelas Politikus Gerindra ini.
Dasco tak mengetahui lebih jauh persoalan penggantian gorden itu, termasuk spesifikasinya.
Baca juga: Pimpinan DPR Jelaskan Soal Dana Miliaran Rupiah untuk Ganti Gorden-Aspal Kompleks Parlemen
Di sisi lain, terkait aspal di Kompleks Parlemen, Dasco hal itu sudah diusulkan oleh Sekretariat Jenderal DPR RI sejak lama.
Dasco ingin area kompleks DPR RI terkesan baik saat dikunjungi delegasi dari 40 negara pada bulan Juli nanti.
"Yang pertama, ini diusulkan oleh kesetjenan, tapi sudah lama."
"Ini jalan di DPR ini sudah berkali-kali ulang dilapis-dilapis, tapi kemudian diputuskan harus diaspal secara keseluruhan karena nanti pada bulan Juli ada delegasi sekitar 38 atau 40 negara yang akan datang ke DPR," ucap Dasco.
Baca juga: Kata Sekjen DPR Soal Pengadaan Gorden: Sejak 2009 Enggak Pernah Diganti
"Tentunya kita ingin kesan terhadap parlemen kita ini juga kurang baik. Ya bisa lihat sendiri wartawan nanti, aspal-aspal ini kayak gimana," lanjut Dasco.
Sebelumnya, DPR RI menganggarkan Rp 48,7 miliar untuk membeli gorden. Penganggaran penggantian gorden tercantum dalam situs LPSE DPR RI.
Tender diberi nama 'Penggantian Gordyn dan Blind DPR RI Kalibata' dengan kode tender 732087.
Sementara itu, untuk pelapisan aspal hotmix area kompleks DPR RI, DPR RI menganggarkan Rp 11 miliar.
(Tribunnews.com/Faryyanida Putwiliani/Chaerul Umam)(Kompas.com/Aryo Putranto Saptohutomo)