Wahid Foundation Menggagas Langkah Konkret Dalam Menyebarkan Toleransi
Pertumbuhan ruang digital tidak bisa dipungkiri muncul sebagai pendorong utama pertumbuhan disektor ekonomi, budaya, media, dan pendidikan.
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Toni Bramantoro
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pertumbuhan ruang digital tidak bisa dipungkiri muncul sebagai pendorong utama pertumbuhan disektor ekonomi, budaya, media, dan pendidikan.
Namun, terbukanya akses ruang digital bagi setiap orang juga menghadirkan berbagai tantangan. Termasuk penyebaran narasi intoleransi dan ekstremisme kekerasan.
Wahid Foundation sebagai organisasi masyarakat sipil berusaha melakukan upaya kontra narasi dengan menggagas langkah konkret dalam menyebarkan toleransi. Serta perdamaian dengan menonjolkan praktik-praktik baik di masyarakat.
Kampanye yang bernama Salam Forum ini dilakukan bersama dengan 10 content creator dari kalangan tokoh, agama, media moderat dan aktivis perempuan.
Salam Forum merupakan kampanye hasil kerjasama Wahid Foundation, Google/YouTube, dan UNDP Bangkok Regional Hub dalam melindungi masyarakat. Khususnya anak muda di Indonesia dari konten berbahaya. Kerjasama ini berupaya untuk membangun kapasitas cendekiawan Islam moderat.
Tujuannya untuk menghasilkan dan menyebarkan pesan damai untuk melawan intoleransi dan ekstremisme kekerasan secara online.
Sehingga membangun kesadaran masyarakat akan penting nya toleransi di tengah perbedaan suku, ras, agama dan kepercayaan di Indonesia.
Direktur Wahid Foundation, Yenny Wahid menjelaskan jika pada Salam Forum, akan tersedia program fellowship berbentuk mentoring dan pendanaan awal dalam produksi video kampanye untuk perdamaian.
"Nantinya, video hasil kolaborasi dengan 10 content creator ini akan dapat di akses melalui kanal youtube oleh masyarakat di seluruh Indonesia, " ungkap Yenny pada movie screening dan diskusi
film pendek Salam campaign di Gedung Djakarta Teater di Jakarta Pusat, Jumat (1/4/2022).
Di sisi lain, berbagai upaya kontra narasi telah dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat sipil untuk meredam sirkulasi pesan-pesan intoleransi dan ekstremisme kekerasan di ruang digital.
Salah satunya adalah melalui kolaborasi berbagai pihak sentral. Termasuk tokoh agama dan media dalam menyebarkan kontra dan alternatif narasi di ruang digital.
Acara ini juga mendapat dukungan dari Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan RI, Prof. Dr. H. Mahfud MD. Begitu juga dengan Badan Pembangunan PBB, UNDP. Mitra Modaressi, PVE Program Manager UNDP Bangkok Regional Hub.
Sementara, bapak Marc Vierstraete Verlinde, Pakar Keamanan dan Kontra Terorisme Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia dan Brunei Darussalam, meyakini bahwa budaya popular dapat dimanfaatkan dan memiliki peran penting dalam membangun kohesi sosial.