Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ketua LDII Ingatkan Masyarakat Hidup Hemat di Tengah Dampak Perang Rusia-Ukraina

Krisis ekonomi dunia yang berkepanjangan akibat wabah, kini mendapat tantangan baru yakni potensi krisis pangan dan energi.

Penulis: Larasati Dyah Utami
Editor: Adi Suhendi
zoom-in Ketua LDII Ingatkan Masyarakat Hidup Hemat di Tengah Dampak Perang Rusia-Ukraina
Istimewa
Ketua Dewan Pimpina Pusat (DPP) Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) yang juga ekonom dari Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta, Ardito Bhinadi 

Laporan Wartawan Tribunnews, Larasati Dyah Utami

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Krisis ekonomi dunia yang berkepanjangan akibat wabah, kini mendapat tantangan baru yakni potensi krisis pangan dan energi.

Hal tersebut bisa terjadi bila pertempuran antara Rusia dan Ukraina berkepanjangan, diiringi perang dagang antara Blok Barat dan Rusia.

Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) yang juga ekonom dari Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta, Ardito Bhinadi mengingatkan masyarakat Indonesia untuk hidup hemat.

“Rusia merupakan salah satu negara utama pengekspor energi dan pangan, terutama gandum dan energi. Bila konflik ini berkepanjangan, maka harga energi dan pangan dunia akan mengalami kenaikan,” ujar Ardito dalam keterangannya, Selasa (5/4/2022).

Menurutnya, dampak kenaikan pangan dan energi tersebut bisa dipastikan sampai ke Indonesia.

Baca juga: BERITA FOTO: Presiden Ukraina Blusukan Pakai Rompi Antipeluru dan Dikawal Ketat Pasukan Bersenjata

Indonesia meskipun sebagian besar penduduknya mengkonsumsi beras, namun impor gandum Indonesia terus naik setiap tahun.

Berita Rekomendasi

Masyarakat Indonesia terbiasa pula mengkonsumsi mie, pasta, dan roti, yang kesemuanya berbahan gandum, yang saat ini harganya mulai melambung.

Perang Ukraina dan Rusia, bisa berpengaruh pada sektor energi, akibatnya harga-harga barang juga mengalami kenaikan.

Baca juga: Rusia Rebut dan Kuasai Rumah Sakit di Polohy, Wilayah Zaporizhzhia Ukraina

“Karena energi ini merupakan input utama dalam produksi barang dan jasa, termasuk distribusinya,” ujar Ketua DPP LDII Koordinator Bidang Ekonomi dan Pemberdayaan Masyarakat itu.

Ia memperkirakan, jika perang makin panjang dan meluas menjadi perang dagang antara Barat dan Rusia, kenaikan harga barang atau inflasi bisa mencapai 2,5-4,5 persen.

Bank Indonesia memperkirakan pada 2022, inflasi mencapai 3 persen plus minus, yang artinya inflasi di antara 2-4 persen.

"Ceritanya bisa lain, bila perang berkepanjangan,” ucap Ardito.

Ia mengingatkan harga minyak bumi selalu menjadi penyumbang inflasi yang cukup signifikan di Indonesia, terutama pada distribusi barang dan jasa.

Kenaikan harga BBM ini akan meningkatkan harga barang dan jasa.

Maka produk-produk atau komoditas juga mengalami kenaikan.

Hanya saja, saat ini masyarakat mengurangi pergerakan karena kekhawatiran terhadap pandemi Covid-19.

Baca juga: Dikelilingi Ranjau, Relawan Ukraina Temukan Mayat di Ruang Bawah Tanah: Kami Beruntung Masih Hidup

Bisa ditebak, saat masyarakat mulai bergerak bebas, permintaan BBM akan meningkat drastis.

Arahnya, harga BBM dan komoditas juga terkerek naik.

“Soal seberapa besar infalsinya, tergantung bagaimana pemerintah mengendalikannya. Kenaikan inflasi tak lebih dari 1 persen,” ujar Ardito.

Ardito mengingatkan, selain pangan dan energi terdapat 10 bahan pokok seperti beras, minyak goreng, cabai, bawang dan lain-lain, juga kerap memicu inflasi.

Apalagi Ramadan dan Idul Fitri, permintaan tinggi sementara harga BBM juga naik, ini bisa meningkatkan biaya hidup masyarakat.

Kondisi tersebut mendorong timbulnya stagflasi, yakni pertumbuhan ekonominya stagnan tapi inflasinya naik.

Dalam kondisi tersebut, ia mengingatkan masyarakat untuk hidup hemat.

Selain itu menjaga diversifikasi pangan dan melakukan penghematan energi.

Senada dengan Ardito, Ketua Umum DPP LDII KH Chriswanto meminta masyarakat untuk berprilaku muzhid mujhid.

Chriswanto menjelaskan, muzhid mujhid adalah pola hidup hemat atau efisien dan bekerja keras.

"Ini sangat diperlukan, agar ketika harga-harga mahal, masyarakat masih memiliki sumber dana atau masih dapat bertahan hidup,” ujarnya.

Kenaikan harga yang terjadi secara terus-menerus, juga melemahkan daya beli masyarakat sekaligus menambah jumlah penduduk miskin.

“Dengan sikap muzhid-mujhid masyarakat masih bisa membeli kebutuhan pokok, dan mengabaikan kebutuhan sekunder demi keberlangsungan hidup,” imbuhnya.

KH Chriswanto juga mengingatkan pentingnya ketahanan pangan dan energi.

Ia berujar di LDII telah mendorong pemakaian energi baru terbarukan dan diversifikasi pangan sebagai bagian dari program ketahanan pangan.

Ketahanan pangan dan energi memang menjadi bagian delapan program kerja LDII, caranya keluarga bisa memulai ketahanan pangan dengan tidak hanya mengkonsumsi beras, tapi juga umbi-umbian.

Sementara, kini sangat memungkinkan setiap rumah menambahkan sel surya, untuk menghemat listrik.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas