Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Politikus Berbondong-bondong Terjun ke Medsos, Pengamat: Kenyataan yang Tak Bisa Diabaikan

Pakar Komunikasi dari Universitas Indonesia, Firman Kurniawan mengatakan bahwa menggunakan media sosial cukup relevan.

Penulis: Reza Deni
Editor: Arif Tio Buqi Abdulah
zoom-in Politikus Berbondong-bondong Terjun ke Medsos, Pengamat: Kenyataan yang Tak Bisa Diabaikan
thetnsgroup.com
ILustrasi. personal branding. 

Laporan Reporter Tribunnews.com, Reza Deni

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pakar Komunikasi Universitas Indonesia, Firman Kurniawan, menyebut dalam rangka membangun personal branding, sejumlah politisi kerap berbondong-bondong terjun ke media sosial.

Dia mengatakan media sosial digunakan sebagai strategi untuk membentuk citra diri sendiri agar masyarakat dapat menilainya dari prestasi dan pencapaian yang dimiliki.

Pakar Komunikasi dari Universitas Indonesia, Firman Kurniawan mengatakan bahwa menggunakan media sosial cukup relevan.

Hal itu karena media sosial adalah kenyataan hari ini yang tidak bisa diabaikan. Jika politisi sudah ‘terjun’ ke media sosial, maka dia sudah siap berinteraksi dengan masyarakat.

“Terbentuk pola komunikasi baru, masyarakat bisa langsung mengakses politisi. Komunikasi publik dengan politisi dengan kekuatan media sosial," kata Firman kepada wartawan, Kamis (28/4/2022).

Di satu sisi, keberadaan media sosial tidak terpisahkan dalam kehidupan masyarakat Indonesia.

Baca juga: Hari Kartini, Politisi Partai Garuda: Kartini Era Modern Harus Menginspirasi & Jadi Panutan

Baca juga: Soal Penentuan Capres, Politikus PDIP: Bu Mega Punya Intuisi Politik yang Kuat

BERITA TERKAIT

Dalam survei yang dirilis Hootsuite pada 2022, sebanyak 73,7 persen masyarakat Indonesia terhubung dengan internet dan 68,9 persen aktif menggunakan media sosial.

Firman menyebut ada tiga hal alasan seorang politisi memanfaatkan media sosial.

Pertama, untuk membangun awareness, politisi menunjukkan karakternya, menyampaikan misinya secara ringan.

Kedua, keterlibatan publik, yaitu saat publik ikut berkomentar pada media sosial politisi tersebut.

“Kemudian ketiga, ada feedback dari publik dari yang ditawarkan publik cocok atau tidak, kemudian kalau tidak cocok akan ada dialog,” sebut Firman.

Firman menyebut politisi yang sudah ‘terjun’ di media sosial harus menyelaraskan citranya.

Politisi yang tampil ciamik, ramah, humoris di media sosial, harus bersikap yang sama saat ditemui secara langsung.

Menurutnya, mentereng di media sosial, politisi jangan lupa untuk bekerja, karena masyarakat butuh aksi ketimbang ‘tebar pesona’ saja.

“Ada teori dramaturgi, kita atur panggung depan dan panggung belakang. Katakan panggung depan adalah media sosial, maka di panggung depan ingin tampil sempurna, ideal. Publik harus diberi juga tampilan di belakang panggung," ujar Firman.

Baca juga: Politikus Demokrat Nilai Partai Koalisi Jokowi Tak Utuh Lagi

Baca juga: Politikus PKS Sebut Kasus Mafia Minyak Goreng sebagai Kejahatan Korporasi

Sementara itu, Ketua DPR RI Puan Maharani menekankan, politisi tidak cukup hanya terlihat aktif di media sosial.

Menurutnya, seorang politisi sesungguhnya perlu bekerja dan gotong royong untuk memperjuangkan kesejahteraan rakyat.

"Jadi jangan kemudian kita itu asal pilih karena cuma kelihatan di panggung saja. Panggung itu panggung media, panggung TV, panggung sosmed," kata dia.

Dia mengatakan masyarakat agar memilih orang yang betul-betul pernah memperjuangkan rakyat.

"Pernah bersama-sama kita, pernah bergotong-royong bersama kita," pungkas Puan. (*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas