16 Tahun Gempa Bumi 27 Mei 2006 di Bantul Yogyakarta, Simak Rangkaian Peristiwa Kilas Balik
16 Tahun Gempa Bumi 27 Mei 2006 di Bantul, simak rangkaian peristiwa kilas balik gempa dahsyat yang robohkan ratusan ribu rumah dan korban jiwa.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Garudea Prabawati
Selain itu, gempa ini menyebabkan 50 ribu orang luka-luka dan 500 ribu sampai sejuta orang kehilangan tempat tinggal.
Gempa bumi Bantul 2006 ini menelan kerugian sebesar 2,9 triliun rupiah (3,1miliar US dollars).
Wilayah kerusakan terberat adalah Bantul dan Klaten, termasuk kerusakan serius pada Candi Prambanan dan Makam Sultan dari Abad 16 di Imogiri.
Baca juga: Google Luncurkan Fitur Peringatan SOS dan Sistem Deteksi Gempa Bumi
Kabupaten Bantul Targetkan jadi Wilayah Tangguh Bencana
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPDB) Bantul, Dwi Daryanto menyatakan pusat gempa aygn terjadi pada 27 Mei 2006 berada di Sungai Opak di Dusun Potrobayan, Srihardono, Pundong, seperti diberitakan Kompas.com.
Mulai dari pundong dusun potrobayan sebagai titik episentrum dan jalur gempa sampai ke Klaten.
Saat ini, di lokasi pusat gempa sudah berdiri tetenger atau tugu peringatan gempa Yogyakarta letaknya 300 meter dari pusat gempa yang merupakan tempuran sungai Opak dan Oya.
"Hampir semua kecamatan yang dilewati sesar opak terkena dampak paling parah saat gempa 2006 lalu," katanya, Sabtu (27/5/2017).
Peristiwa gempa bumi itu menyadarkan Pemerintah Kabupaten Bantul untuk terus meningkatkan kesadaran mengenai potensi gempa yang sewaktu-waktu bisa terjadi di wilayahnya.
Hingga tahun 2016, tercatat sudah ada 15 desa tangguh bencana, dan ditargetkan pada 2021 mendatang, 75 desa yang ada di Kabupaten Bantul semua telah menjadi desa tangguh bencana.
"Setiap tahun kita membangun rata-rata lima sampai tujuh desa tangguh bencana. Untuk anggarannya bersumber dari APBD Bantul dan Propinsi," ucapnya.
Baca juga: Ketua DPR Dorong Perempuan Lebih Banyak Dilibatkan dalam Program Penanggulangan Bencana
Selain desa, sudah ada delapan sekolah ditetapkan sebagai sekolah tangguh bencana. Tidak hanya sebatas pembentukan desa dan sekolah tangguh bencana.
Pasca-pembentukan, kegiatan pendampingan tetap dilakukan termasuk pelatihan pengurangan risiko bencana. Kawasan pesisir pun sudah terpasang Early Warning System (EWS), untuk mengantisipasi tsunami.
"Terus dilakukan pendampingan kepada masyarakat agar waspada. Setiap desa tetap diminta meningkatkan kewaspadaan sesuai kearifan lokal masing-masing," kata Dwi.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.