Pemikiran Geopolitik Bung Karno Inspirasi Hasto Kristiyanto Jadikan Bahan Disertasi Gelar Doktoral
Hasto akan melaksanakan sidang terbuka gelar doktornya pada Senin (6/6/2022) di Aula Merah Putih, Umhan, Sentul, Kabupaten Bogor.
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto menjelaskan aspek yang melatarinya mengambil diskursus geopolitik dalam sidang gelar doktor di Universitas Pertahanan (Unhan) RI.
Hasto akan melaksanakan sidang terbuka gelar doktornya pada Senin (6/6/2022) di Aula Merah Putih, Umhan, Sentul, Kabupaten Bogor.
Hasto, yang juga mahasiswa Program Doktor di Unhan RI itu mengatakan sangat tertarik dengan pemikiran geopolitik Proklamator RI Bung Karno. Dimana, hal itu dipantik oleh percakapan ketika dirinya bepergian bersama Presiden Kelima RI Megawati Soekarnoputri.
Politikus asal Yogyakarta itu menyampaikan tertarik dengan pemikiran Bung Karno setelah mendampingi Megawati saat berkunjung ke Slovenia pada 16 Mei 2012.
Baca juga: Rumah Kelahiran Bung Karno di Surabaya Akan Dirombak Jadi Museum
Hasto mengatakan saat Slovenia masih tergabung dalam Yugoslavia, negara tersebut memiliki hubungan dekat dengan Bung Karno dalam merancang Gerakan Non-Blok.
"Latar belakang saya mengikuti program S3 di Unhan ini bermula pada 16 Mei 2012. Saat itu, saya mendampingi Ibu Megawati Soekarnoputri di Slovenia, bekas negara Yugoslavia, untuk memperingati 50 tahun Gerakan Non-Blok," kata Hasto di sela-sela Gladi Resik Sidang Doktor di Unhan RI, Minggu (5/6/2022).
Hasto saat itu berada di hotel bersejerah yang menjadi lokasi pertemuan Bung Karno dengan Presiden Yugoslavia Josep Broz Tito, ketika berlangsung Konferensi Gerakan Non Blok.
Alumnus UGM itu mendengar cerita Megawati mengenai benang merah pemikiran geopolitik Bung Karno yang dimulai sejak usia muda 16 tahun, tetapi telah memikirkan bagaimana Indonesia Merdeka.
"Dari situlah Soekarno menggagas suatu pemikiran yang sangan genuine, sekaligus mengoreksi mengapa Eropa Barat cenderung melakukan ekspansi, melakukan penjajahan. Dan dari benang merah yang disampaikan Ibu Mega tersebut, saya tertarik atas gagasan geopolitik dan melihat bagaimana kepimpinan Indonesia bagi dunia itu luar biasa," ungkap Hasto.
Baca juga: Profil Ir. Soekarno dan Sejumlah Peninggalannya: Peci Hitam hingga Keris
Hasto menjelaskan jejak perjuangan Bung Karno juga terlihat di negara-negara Asia-Afrika, khususnya bangsa-bangsa Islam. Bung Karno turut berkontribusi memerdekakan sejumlah negara, seperti Maroko, Tunisia, Aljazair, dan Pakistan.
"Itu semua mendapatkan kemerdekaannya karena campur tangan dari Indonesia," jelas Hasto.
Menurut Hasto, kepemimpinan Bung Karno itulah yang menjadi subjek penelitian untuk diangkat.
Ia juga merasakan di Unhan, dirinya mendapatkan bekal ilmu yang luar biasa.
Di Unhan, Hasto melihat adanya pengembangan keilmuan, seperti fakultas-fakultas S1, yakni Kedokteran Militer, Farmasi Militer, MIPA Militer, dan Teknik Militer.
"Sangat diperlukan agar kita betul-betul dapat memastikan kedaulatan negara Indonesia," kata Hasto.
Di sisi lain, Hasto menilai pemahaman geopilitik Bung Karno sangat penting bagi Indonesia agar bisa menyelesaikan persoalan dunia, seperti perang Rusia-Ukraina saat ini.
"Pemikiran geopolitik Soekarno ini sangat relevan untuk menggelorakan kembali semangat kepemimpinan Indonesia bagi dunia. Suatu kehormatan juga bagi saya, di sinilah pertahanan dalam perspektif yang luas, ternyata oleh para pendiri bangsa itu melibatkan seluruh komponen rakyat Indonesia di dalam Sistem Pertahanan dan Keamanan Rakyat Semesta," jelas Hasto.