Cegah Maraknya Intoleransi di Tanah Air, Masyarakat Perlu Sadar Risiko dan Memilah Informasi
Guna mencegah maraknya intoleransi di Tanah Air, diperlukan masyarakat sadar risiko, yang bertindak dengan memikirkan risiko atau konsekuensi dari tin
Penulis: Malvyandie Haryadi
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Guna mencegah maraknya intoleransi di Tanah Air, diperlukan masyarakat sadar risiko, yang bertindak dengan memikirkan risiko atau konsekuensi dari tindakannya.
Imbauan ini disampaikan oleh Ketua Yayasan Manusia Welas Asih Semesta (MAWAS) Kurniawan Saefullah dalam acara “Bincang Santai dan Silaturahmi Masyarakat Sadar Risiko untuk Mencegah Intoleransi dan Dekulturasi Budaya Lokal", Kamis (9/6/2022).
“Sebagai suatu solusi (mengatasi persoalan intoleransi), mungkin yang diperlukan pada saat ini adalah masyarakat yang sadar risiko sehingga dapat melakukan mitigasi, yaitu minimal pemilahan informasi dan selalu berada di depan keberagaman,” kata Kurniawan sebagaimana dikutip dalam siaran pers yang diterima di Jakarta.
Ia menjelaskan, meskipun keanekaragaman adalah sebuah keniscayaan, dinamika dan interaksi yang intens di antara anggota masyarakat dapat menimbulkan risiko segragasi (pemisahan suatu golongan dengan golongan lain) dan konflik.
Baca juga: Canangkan Tahun Toleransi, Menteri Agama Kunjungi Vatikan untuk Undang Paus Fransiskus ke Indonesia
Bahkan, kata dia, segregasi dan konflik itu makin mungkin terjadi apabila dipicu oleh keberadaan kelompok intoleran yang memaksakan kehendak serta paham mereka untuk diyakini pula oleh orang lain.
Kurniawan menyampaikan contoh tentang masyarakat sadar risiko dari kalangan perokok.
Ia mengatakan bahwa perokok yang sadar risiko adalah mereka yang menyadari risiko dari tindakannya terhadap masyarakat luas sehingga mampu menjadi pribadi yang bertanggung jawab.
"Jika para perokok mulai wawas diri, yaitu bertanggung jawab atas segala pikiran, perasaan, dan tindakan yang dilakukannya, mereka pun bisa mempertimbangkan untuk beralih ke alternatif merokok yang lebih rendah risiko, baik untuk dirinya maupun risiko paparan asap kepada orang-orang di sekitarnya."
Ia lalu mencontohkan dengan pengemudi, yang sebaiknya mengerti risiko dari aktivitasnya sehingga dapat mengemudi kendaraan dengan kesadaran penuh dan tidak melakukan tindakan berisiko seperti mengebut atau melanggar lampu lalu lintas.
“Begitu pula pengemudi, sebaiknya mengerti risiko dari aktivitasnya sehingga dapat mengemudi kendaraan dengan kesadaran penuh dan tidak melakukan tindakan berisiko, seperti mengebut atau melanggar lampu lalu lintas,” kata Kurniawan.
Acara yang digelar di Lakipadada Spot Bandung tersebut mengundang para tokoh masyarakat dan organisasi kemasyarakatan yang selama ini mengusung semangat kebangsaan dan kebhinnekaan, lintas budaya dan lintas keyakinan, terutama di Kota Bandung.
Dalam acara tersebut, hadir Sam Bimbo, Wawan Gunawan, Pendeta Obertina Johanis dan Budi “Dalton” Setiawan yang menjadi pemantik diskusi dan mengawali silaturahmi antar jejaring lintas kultur dan agama.