Kisah Doni Monardo Melakukan Pembibitan Pohon, dari Istana ke Bukit Asam
Doni Monardo mengapresiasi keseriusan PTBA dalam usaha reklamasi bekas lahan tambang, serta bergiat di bidang konservasi serta pemulihan ekosistem.
Editor: Sanusi
Sedangkan, bibit pohon di Nursery Park yang dicermati Doni Monardo adalah pohon matoa. Doni berharap bibit matoa yang ada, adalah jenis matoa yang premium. Matoa ada tiga ragam dilihat dari warna kulit. Matoa merah (Emme Bhanggahe), matoa hijau (Emme Anokhong), dan matoa kuning (Emme Khabhelaw). Bahasa yang lain, biasa disebut matoa raja, matoa merah dan matoa papeda.
“Matoa raja, sampai seminggu setelah dipetik, buahnya tetap bagus,” kata Doni, fasih.
Doni bercerita, ia juga membudidayakan matoa di kebun bibitnya. Ia berharap kelak semakin banyak matoa ditanam di bumi Indonesia.
“Ini benar-benar buah langka. Saya yakin, suatu hari buah matoa Indonesia akan dicicipi tamu tamu di Istana Buckingham, White House, dan tempat-tempat terhormat di dunia. Sebab, selain rasanya yang sangat enak, matoa adalah salah satu jenis buah purba yang masih bisa kita selamatkan,” katanya mantap.
Doni kemudian menyinggung pohon torem. Sebab, torem adalah salah satu pohon yang sangat langka dan terancam punah.
Doni teringat tahun 2015 – 2017, saat menjadi Pangdam XVI/Pattimura. Di sana ia mengembangkan program “emas hijau” dan “emas biru”. Emas hijau adalah hal-hal berkaitan dengan tumbuh-tumbuhan. Nah, suatu hari di bulan Oktober 2017, tim Kodam XVI/Pattimura mengunjungi LIPI Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor untuk menyerahkan sembilan bibit pohon Torem hasil budidaya Kodim 1507/Saumlaki.
Enam anak buah Doni Monardo, diterima oleh Kepala Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya LIPI Bogor Dr. Didik Widyatmoko, M.Sc di Ruang Rapat LIPI Bogor. Waktu itu, Didik menyampaikan apresiasinya kepada Kodam XVI/Pattimura yang telah melakukan pembudidayaan pohon endemik torem.
“Jika kelak kita melihat kembali pohon torem di persada Nusantara, itu dari Kodim Saumlaki,” ujar Doni, senang.
Jenis kayu berikut yang disoroti Doni Monardo adalah kayu putih. “Saat ini, bahan kayu putih kita, sebagian masih impor. Nilainya ratusan miliar rupiah. Nah, dengan membudidayakan pohon kayu putih, saya yakin kelak kita tidak saja memenuhi kebutuhan dalam negeri, tetapi juga ekspor. Kayu putih sangat dibutuhkan untuk bahan kosmetik, obat herbal, aroma therapy, dan lain-lain,” tambahnya.
Doni sungguh mengapresiasi keseriusan PTBA dalam program konservasi. Award yang telah didapat, Doni harap dapat dipertahankan, bahkan ditingkatkan.
“Momentum hari ini sangat penting untuk kita memperhatikan lingungan atau ekosistem. Ingat, bumi kita cuma satu. Sedangkan, usaha tambang dipastikan melukai kulit bumi. Tapi dengan pengelolaan yang profesional pasca tambang bisa kita reklamasi sehingga kulit bumi kembali pulih,” tambah Kepala BNPB 2019 – 2021 itu.
PTBA harus memilih jenis pohon yang tepat. Dengan begitu, PTBA telah meninggalkan legacy atau warisan kepada anak cucu kita kelak. Budaya konservasi harus terus digaungkan, baik melalui pendidikan maupun jalur keagamaan. Dalam banyak kesempatan Doni mengatakan, umat (Islam) tidak saja diwajibkan untuk menjalin hubungan baik dengan Tuhan (hablum minallah) dan menjaga hubungan baik dengan sesame manusia (hablum minannas), tetapi juga harus menjaga hubungan baik dengan alam (hablum minal alam).
Baca juga: Kisah Taruna Doni Monardo Bertemu Pelatihnya saat di Akmil 37 Tahun Lalu
Bicara kecintaan Doni terhadap pohon, bukanlah cinta sesaat, yang manis di awal lantas sepah dibuang. Banyak sekali cerita menarik terkait cinta Doni terhadap pohon.
Salah satunya ihwal kebiasaan unik mengumpulkan bjji-biji pohon yang unik, langka, dan spesifik.