Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Mahfud MD Cerita Momen Saat Jadi Aktivis Pers di Kampus dan Persahabatannya dengan Syarief

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menkpolhukam) Mahfud MD pernah menjadi wartawan.

Penulis: Wahyu Aji
Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Mahfud MD Cerita Momen Saat Jadi Aktivis Pers di Kampus dan Persahabatannya dengan Syarief
Ist
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menkpolhukam) Mahfud MD saat memberikan testimoni di acara haul wafatnya Syarief yang berlangsung di Keboen Cikeas, Cikeas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (25/6/2022). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tidak banyak yang mengetahui ternyata Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menkpolhukam) Mahfud MD pernah menjadi wartawan

Tepatnya saat berstatus sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (UII), Yogyakarta.

Mentor yang membimbingnya menjadi aktivis pers kampus adalah Sayyid Syarief Hamid Shebubakar atau lebih dikenal dengan panggilan Syarief.

Mahfud bercerita ketika itu tahun 1980-an, ia tertarik menjadi wartawan majalah Muhibbah, majalah kampus UII.

Baca juga: Jadi Ad Interim Menteri PAN RB, Mahfud Telah Memberikan Pengarahan pada Rakornas

Untuk bisa menjadi wartawan, Mahfud harus mengikuti seleksi ketat salah satunya pernah membuat tulisan yang dimuat di media umum atau media kampus. 

Mahfud pun memberanikan diri mengirim tulisannya berjudul “Menyongsong UU Pemilu” ke redaksi Muhibbah dan tulisan itu dimuat.

Tulisan Mahfud diperiksa oleh Syarief  yang saat itu menjadi wartawan di Muhibbah sekaligus orang yang mewawancarainya saat uji seleksi.

Berita Rekomendasi

"(Awal) Kenal beliau (Syarief), di majalah Muhibbah,” kata Mahfud saat memberikan testimoni di acara haul wafatnya Syarief  yang berlangsung di Keboen Cikeas, Cikeas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (25/6/2022). 

Seiring waktu persahabatan Mahfud dan Syarief makin erat.

Ketika Syarief menjadi pemimpin umum Muhibbah, Mahfud diangkat menjadi redaktur.

Bahkan ketika masa jabatan Syarief sebagai pemimpin umum berakhir, Mahfud yang menggantikan posisi tersebut.

“Beliau bimbing saya sampai saya jadi pimpinan majalah kampus untuk gantikan beliau,” kata Mahfud.

Testimoni juga disampaikan pengacara senior, Ari Yusuf Amir yag juga keponakan dari Syarief.

Menurut Ari, pamannya selalu ada setidaknya pada empat fase hidupnya.

Pertama saat dirinya baru saja menamatkan SMP dan duduk di kelas 1 SMA. Saat itu Ari  merupakan anak desa dari Sumatera Selatan tanpa mimpi yang menetap di Jakarta.

Di ibukota, Ari sering berinteraksi dengan sang paman, dari situlah pikirannya tentang masa depan, lebih terbuka.

Fase kedua adalah ketika dirinya lulus SMA dan dianjurkan oleh pamannya untuk kuliah di Fakultas Hukum UII. Di lembaga pendidikan ini dirinya menjadi lebih luas wawasannya.

Selanjutnya pada fase ketiga setelah menyelesaikan studi S1-nya.

“Saya mendapat pesan dari beliau agar menjadi pengacara arsitek bukan pengacara tukang. Yang dimaksud pengacara aristek adalah pengacara yang memiliki konsep,” kata Ari.

Dirinya juga diajarkan sang paman untuk menerapkan konsep Human Investment.

Dimana manusia hidup harus berguna bagi manusia lain. Konsep hidup inilah yang kemudian ditularkan Ari kepada teman temannya.

Acara haul ini dihadiri sejumlah rekan-rekan almarhum dari berbagai profesi, seperti hakim agung, hakim pengadilan tinggi, kepala daerah, jenderal polisi dan jenderal TNI.

Tamu undangan juga menerima buku berjudul ‘Catatan Kenangan untuk Syarief’. Buku ini berisi tulisan-tulisan rekan -rekan,  keluarga dan anak-anak almarhum tentang sosok Syarief yang yang selalu memberikan motivasi dan semangat bagi siapapun yang mengenalnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas