Cerita tentang Irjen Pol Dr Dra Juansih SH MHum, Polwan dengan Pangkat Tertinggi di Jajaran Polri
Irjen Juansih kini menjadi Polisi Wanita (Polwan) dengan pangkat tertinggi di seluruh jajaran Polri. Simak kisah lengkapnya.
Penulis: Igman Ibrahim
Editor: Dewi Agustina
DUA hari menjelang peringatan Hari Bhayangkara ke-76, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo memberi hadiah kenaikan pangkat pada sejumlah anggotanya.
Dan dari sejumlah anggota Polri yang mendapat kenaikan pangkat itu, terselip nama Juansih.
Sosoknya menjadi sorotan seusai diporomosikan dari perwira bintang satu menjadi bintang dua.
Irjen Juansih pun kini menjadi Polisi Wanita (Polwan) dengan pangkat tertinggi di seluruh jajaran Polri.
Ditemui tim Tribunnews.com di Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Kepolisian Republik Indonesia (Lemdiklat Polri) di kawasan Pondok Pinang, Jakarta Selatan, Jumat (1/7/2022) kemarin, Widyaiswara Kepolisian Utama Tingkat I Sespim Lemdiklat Polri itu menceritakan awal kariernya masuk kepolisian hingga kini menyandang pangkat perwita tinggi bintang dua.
Baca juga: Kendalikan Tingginya Kriminalitas di Surabaya, Pengalaman Berkesan Irjen Juansih 33 Tahun Bertugas
Berikut wawancara lengkapnya:
Selamat Hari Bhayangkara ke-76 dan selamat mendapat kenaikan pangkat. Bisa diceritakan awal mula karier Ibu di Polri?
Terima kasih, jadi dulu di tahun 1988 saya selesai kuliah PJOK di UPI Bandung. Selesai kuliah itu kami memang mendapatkan panggilan dari polisi sumber sarjana sarjana.
Waktu itu masih di Mabes TNI atau Mabes ABRI untuk mengikuti rangkaian seleksi untuk bisa menjadi anggota ABRI.
Dan memang saya sudah tertarik sebetulnya menjadi Polwan karena saya di olahraga dan aktif berkegiatan kampus, pemasyarakatan sering berteman juga dengan polwan polwan.
Jadi ada ketertarikan untuk bisa masuk ke sana, dan kebetulan mendapatkan panggilan itu kami mengikuti seleksi di Bandung.
Selesai itu pada tahun 1989 dinyatakan lulus masuk pendidikan selama 7 bulan di sini di Polwan. Karena sudah selesai ada yang ke Lembang ke Angkatan Laut waktu itu. Jadi saya dilantik tahun 1989.
Alhamdulillah karena saya berpendidikan, saya ditempatkan di sekolah polisi wanita, mengajar polwan-polwan di sini. Saya sedikit bisa berbahasa Inggris, jadi ngajar juga Bahasa Inggris. Itulah awal karier saya di kepolisian wanita.
Terus saya ikuti, peningkatan kapasitas juga dikuti, ada pendidikan saya ikuti, sehingga menyiapkan diri lah, dan mungkin tidak korwas, saja tapi di bidang lain yang bisa saya miliki.
Kemudian ke Polda Jabar, Polda Sulsel, Polda Jogja dan Polda Jatim ngikut suami.
Di Jawa Timur paling lama. Saya pernah jadi Kapolres Surabaya Timur, kemudian Kapolres Batu di Konwil Malang waktu itu, kemudian di Konwil di Bojonegoro.
Kemudian promosi ke Banten di bidang SDM. Kombesnya di sana. Kemudian balik lagi ke Jawa Timur jadi biro logistik.
Baca juga: Irjen Juansih Ceritakan Pengalaman Paling Berkesan, Ditunjuk Jadi Ketua Konferensi Polwan Sedunia
Kemudian sekolah Sespimti di Lembang, baru ditempatkan di Mabes Polri, di Dislog sampai sekarang masih bolak balik Jakarta-Surabaya
Suami polisi juga?
Tidak. Suami saya swasta
Keluarga tidak ada yang background polisi?
Ada, kakak saya polisi.
Jadi dulu tertarik Polwan karena kakak atau ada yang lain?
Jadi sebagian besar lebih ketertarikan di masyarakat. Di Bandung kan dulu Polwan tinggi tinggi, keren-keren di lapangan gitu kan. Kebanyakan jumpa di lalu lintas, ya sudah saya ikut dalam seleksi itu.
Sekarang dari seluruh Polwan aktif itu ada tiga jenderal? Ibu salah satunya? Dulu waktu daftar polisi pernah kepikiran nggak jadi jenderal?
Sekarang yang aktif tinggal dua. Saya dan Wakapolda Kalteng (Brigjen Ida Oetari). Sama sekali enggak pernah kepikiran (jadi jenderal).
30 tahun lebih dari polisi, apa pengalaman paling berkesan?
Saya kira setiap bidang banyak kesannya asal kita melaksanakan dengan sungguh-sungguh konsisten. Ada motto saya; semangat serius konsisten professional di mana saja.
Di bidang pembinaan maupun operasional kalau kita tekuni InsyaAllah bisa memberikan kontribusi. Apalagi kalau kita selaraskan dengan keinginan polisi wanita Indonesia pada umumnya.
Kemarin kita menyelenggarakan konferensi Polwan Dunia bahwa kita ingin berperan di panggung utama Kepolisian. Sedikit kontribusi, sedikit apa yang kita berikan, itu sudah berkontribusi. Jadi memang kita lalui dengan keseriusan, konsisten dengan komitmen profesional, InsyaAllah di mana saja kita happy.
Tokoh idola di Kepolisian siapa? Siapa yang menginspirasi ibu?
Saya kira banyak lah. Apalagi di senior-senior Polwan ada Jeanne Mandagi, ada Brigjen Purn Bu Basaria, Bu Handayani. Beliau semua menginspirasi juga kepada kita kita juniornya, suka memberikan mentor kepada kita.
Kita juga harus mendekat kepada beliau, semangatnya, dedikasinya saya kira mereka sangat menginspirasi bagi saya untuk bisa mencapai itu terutama dalam hal kinerjanya yang sangat profesional sehingga mencapai ke tempat yang tinggi. Kita bisa belajar dari pengalaman pengalaman beliau.
Baca juga: Pernah Jadi Mentor, Jenderal Polwan Pertama Jeanne Mandagi Jadi Sosok Menginspirasi Irjen Juansih
Anak anak ada yang jadi polisi?
Tidak ada, anak saya dokter yang pertama. Saya sampaikan kan bisa menjadi polwan, ternyata belum masih ingin ambil spesialis dulu. Yang kedua juga ikut usaha sama papanya dan yang kecil masih SMA. Mudah-mudahan yang kecil mau jadi Polwan.
Sudah 76 tahun usia Polri, Polwan berpangkat bintang itu cuma dua yang aktif. Dan yang pernah mendapat bintang dua hanya empat orang. Bagaimana kesempatan Polwan menduduki jabatan tinggi di Polri?
Alhamdulillah sekarang Pak Kapolri sangat konsen dengan kesetaraan gender. Jadi beliau juga memberikan kesempatan kepada Polwan untuk berkarier sama seperti polisi laki-laki.
Itu juga kita dapatkan mulai dari pendidikan, pendidikan pembentukan, pendidikan pengembangan spesialis, pendidikan pengembangan umum, itu diberikan sangat kepada Polwan, dan ini menjadi triger bagi Polwan untuk bisa memanfaatkan peluangnya.
Polri sudah bagus sekali bagaimana untuk kesetaraan gender di Polri sudah tidak ada masalah karena semua sudah diberikan kesempatan yang sama.
Sehingga banyak sekali polwan yang menduduki jabatan di pembinaan maupun operasional itu sudah nyata dan ini juga memberikan kesempatan banyak kepada adik-adik Polwan yang lain untuk bisa memanfaatkan peluang ini.
Mengembangkan dirinya dan profesionalisme dalam bidangnya mading masing sehingga pimpinan pun akan melihat secara objektif layak untuk bisa diberikan kesempatan menduduki jabatan jabatan dan mungkin pangkat yang lebih tinggi.
30 tahun bertugas di Polri, jabatan apa yang paling berkesan?
Di sini di Sespolwan juga kami bangga bisa mendidik calon-calon Polwan sesuai bidang saya. Banyak sekali murid-murid saya yang "sudah jadi", kan bangga kita.
Kemudian beralih tugas ke wilayah membuat kita bersama-sama masyarakat. Kalau masyarakat tertib aman lingkungan kita bangga.
Apalagi di kota besar karena perjuangannya tinggi sekali untuk bagaimana kita mengendalikan situasi Kamtibmas di kota besar.
Seperti di Surabaya itu kriminalitas itu sangat tinggi sehingga kita perlu kerja keras bersinergi dengan anggota supaya kita bisa solid karena suka dukanya di daerah yang memang sangat tinggi dinamikanya memerlukan suatu soliditas yang tinggi antara pimpinan dan juga staf kita.
Jadi perjuangan yang kita harus pegang teguh semangatnya. Anggota anggota jangan sampai lemas karena kita terlalu banyak di lapangan.
Waktu itu kita bersama sama bermitra bagaimana memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang tanggung jawab keamanan dan ketertiban masyarakat bersama sama. Mereka belajar menjadi polisi bagi diri mereka sendiri.
Itu perlu kita tiap saat masyarakat. Kita bisa tahu karakternya.
Pesan untuk Polwan di Indonesia agar bisa mengikuti jejak ibu menjadi jenderal Polri?
Yang pertama memang kita harus sungguh-sungguh. Sebagai Polwan kita itu Esthi Bhakti Warapsari. Artinya wanita-wanita pilihan untuk mendarmabaktikan kepada bangsa dan negara.
Inilah yang menjadi komitmen kepada seluruh Polwan adalah untuk bagaimana kita bersungguh-sungguh dalam bekerja di mana saja di setiap bidang pembinaan ataupun operasional. Pengembangan diri.
Baca juga: Rotasi Kapolri, Brigjen Juansih Jadi Satu-satunya Polwan Yang Dipromosi Jadi Jenderal Bintang Dua
Karena kesempatan mengembangkan diri banyak. Baik di dalam negeri maupun di luar negeri secara kedinasan maupun non kedinasan. Apalagi kita punya banyak kerja sama.
Di dalam negeri di Lemdiklat Polri saja sudah menyiapkan sekolah-sekolah pengembangan umum dan pengembangan spesialis sehingga ini merupakan suatu peluang bagi Polwan untuk meningkatkan kapasitasnya sehingga dengan kemampuan yang memang sesuai dengan tuntutan zaman sekarang ini, saya kira Polwan bisa berkontribusi baik pembinaan maupun di profesional.
Begitu juga pengalaman kita di Polwan polwan di luar negeri. Jadi kita sering mengadakan konfrensi polwan seluruh dunia, kebetulan saya tahun lalu jadi conference director IAWP.
Itu first time di Asia dan juga apalagi di Indonesia. Organisasi ini non pemerintah dikelola oleh pensiunan Polwan untuk berkesempatan mengembangkan diri membangun network terutama dengan Polwan Polwan lain di seluruh dunia.
Jadi ini bagus untuk mengubah mindset mereka bahwa perlu suatu adanya networking sharing knowledge experience, supaya kita juga terbuka wawasannya.
Ini polwan ada peluangnya untuk itu sehingga adik-adik Polwan bisa mengembangkan diri baik secara kedinasan maupun non-kedinasan. Peluangnya sangat banyak.
Suatu saat dengan pengalaman di setiap level kepangkatan pada saat dia di top level dia sudah punya banyak experience sehingga leadershipnya bisa akan menjadi bagus ketika di samping knowledge bagus tapi experiencenya banyak.(tribun network/igm/dod)