Ketua DPR Puan Maharani Diajak Bergerak Lawan Hoaks di Media Sosial
Muhammad Saleh Karaeng Silla berharap Ketua DPR berani melawan akun anonim di media sosial yang kerap menyebar hoaks karena bisa meresahkan masyarakat
Penulis: Hasanudin Aco
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Prihatin melihat hoaks yang kian merajalela di media sosial, seorang purnawirawan Perwira TNI, Mayor Purn Muhammad Saleh Karaeng Silla meminta Ketua DPR Puan Maharani bergerak.
Mayor Purn Muhammad Saleh Karaeng Silla berharap Ketua DPR berani melawan akun anonim di media sosial yang kerap menyebar hoaks karena bisa meresahkan masyarakat.
Tak hanya itu, ia juga menawarkan hadiah bagi siapa saja yang bisa mengungkap dalang dibalik akun-akun anonim yang membanjiri media-media sosial dengan informasi-informasi palsu dan menyesatkan.
Baca juga: Puan Maharani Ajak Mahasiswa Kampanyekan Gerakan Hantam Hoaks
"Terkait dengan video saya sebelumnya tentang gerakan Lawan Buzzer Hoax yang tugasnya mengungkapkan buzzer-buzzer hoax sampai ke akar-akarnya. Untuk itu saya akan memberi hadiah bagi siapapun yang berhasil mengungkap siapa sosok dan dalang di balik buzzer hoaks," kata Mayor Purn Muhammad Saleh Karaeng Silla di channel Youtube MPS Sang Mayor Pemersatu seperti dikutip pada Minggu (17/7/2022).
Mayor Purn Muhammad Saleh beberapa waktu lalu pernah viral setelah dia mundur dari TNI.
Mayor (Purn) Saleh menegaskan menyebarkan hoax dan informasi palsu apalagi mengenai tokoh-tokoh politik Indonesia sudah jelas akan merusak bangsa.
Menurut dia di media banyak tokoh nasional yang kerap diserang dengan informasi palsu seperti Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputeri, Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto, Ketua DPR Puan Maharani, Ketua Majelis Tinggi Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono, Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Menko Polhukam Mahfud MD, dan masih banyak lagi.
Dia memberi contoh fitnah terhadap Megawati Soekarnoputri di media sosial yang seolah-olah memperlihatkan hubungan renggang dengan Presiden Jokowi dan bahkan diisukan 'diusir' dari istana.
Menurut dia, hal itu sama sekali tidak bisa diterima sebab tidak sesuai fakta dan terkesan memecah belah.
Karena itu dia menantang bisa membuktikan dalang di balik hoaks itu.
Baca juga: Dua Cara Mengenali Informasi Benar atau Hoaks di Internet
Merajalelanya hoaks di media sosial memang membuat semua pihak khawatir.
Informasi palsu dan disinformasi ini bagi demokrasi dan kepentingan rakyat diungkap antara lain oleh riset gabungan yang dilakukan oleh University of Amsterdam, Universitas Diponegoro, LP3ES dan Drone Emprit.
Hasilnya diterbitkan dalam jurnal Inside Indonesia edisi 146 (Oktober-Desesembe 2021).
Salah satu peneliti utama, Prof Dr Yatun Sastramidjaja dari University of Amsterdam menulis, "Propaganda media sosial merupakan ancaman yang besar dan terus berkembang bagi debat publik dan demokrasi di Indonesia. Pasukan siber Indonesia tidak segan-segan menyebarkan misinformasi dan berita bohong. Misalnya, informan memberi tahu kami bagaimana mereka menyebarkan desas-desus palsu untuk mendiskreditkan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono."
Pada bagian lain, Prof Yatun mengungkapkan propaganda media sosial menjadi bermasalah lantaran cenderung menggiring opini publik dan pembuatan kebijakan untuk melayani kepentingan mereka yang memiliki kuasa ekonomi dan politik.
Pasukan siber menggerogoti kesetaraan politik.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.