Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Survei LSI Denny JA: Netizen Memegang Peran Kunci untuk Pemenangan Pilpres 2024

Survei terbaru LSI Denny JA pada awal Juli 2022 menyebut suara komunitas digital alias netizen memiliki potensi besar mempengaruhi hasil Pilpres 2024.

Penulis: Toni Bramantoro
Editor: Adi Suhendi
zoom-in Survei LSI Denny JA: Netizen Memegang Peran Kunci untuk Pemenangan Pilpres 2024
Istimewa
Direktur CPA-LSI Denny JA, Ade Mulyana dalam diskusi virtual XYZ+ bertajuk Netizen Menentukan Pemenang Pilpres 2024, Sabtu (16/7/2022). Dalam diskusi ini, Ade menjelaskan bahwa netizen muncul sebagai kantong suara potensial terbaru yang bisa mempengaruhi Pilpres 2024. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Survei terbaru LSI Denny JA pada awal Juli 2022 menyebut suara komunitas digital alias netizen memiliki potensi besar mempengaruhi hasil Pemilu Presiden (Pilpres) 2024.

Kantong suara komunitas digital ini disandingkan dengan kantong suara besar lainnya yang sudah ada dan juga memiliki pengaruh dalam Pilpres, yakni kantong suara wong cilik dan kantong suara pemilih Islam.

Direktur CPA-LSI Denny JA, Ade Mulyana mengatakan hasil survei terbaru LSI Denny JA, saat ini pertama kalinya dalam sejarah, dua tahun menjelang Pilpres 2024, komunitas digital atau yang biasa disebut netizen ini jumlahnya sudah 50 persen lebih untuk pengguna Facebook.

Kemudian untuk pengguna WhatsApp dan WhatsApp grup mencapai 60 persen.

"Nah jadi dengan jumlah yang di atas 50 persen ini, maka kami kategorikan bahwa netizen ini merupakan kantong suara besar baru di samping kantong-kantong suara besar yang lama, misalnya, kita tahu kantong suara besar dari wong cilik dan juga pemilih muslim," kata Ade Mulyana dalam diskusi virtual XYZ+ bertajuk 'Netizen Menentukan Pemenang Pilpres 2024' yang digelar, Sabtu (16/7/2022).

Baca juga: Politikus Golkar: KIB Itu Kerja Sama Politik untuk Pilpres, Pileg, dan Pilkada

Dia menjelaskan bahwa untuk survei nasional ke depannya, pihaknya akan lebih concern untuk menggali lebih dalam dan mendetail data di lapangan mengenai potensi masing-masing pengguna platform media sosial, termasuk Instagram, YouTube, Twitter, dan TikTok.

Fenomena munculnya kantong suara baru yang potensial yakni komunitas digital sebagai penentu dalam pemilu juga terjadi di Filipina, di mana putra mantan diktator Ferdinand Marcos, yakni Ferdinand Marcos Jr berhasil memenangkan pemilu dan menjadi orang nomor satu di Filipina, berkat kampanye digital yang masif.

BERITA REKOMENDASI

Menurut dia, ada dua kesamaan antara kondisi di Indonesia dan di Filipina.

Baca juga: Survei Indopol: Hasil Simulasi Empat Poros pada Pilpres 2024, Anies-AHY Raih Suara Tertinggi

Pertama, Filipina pada era pemerintahan Marcos boleh dibilang masa diktator.

Indonesia juga pernah mengalami masa Orde Baru, jaman Soeharto.

Kedua, mayoritas pemilih di Filipina itu berasal dari kalangan muda.

"Kemungkinan nanti juga sama di Indonesia pada 2024 di mana mayoritas pemilih kita juga adalah mereka yang berusia muda," kata Ade Mulyana.

Baca juga: Pengamat Sebut Sosok Cawapres Bisa Jadi Penentu Kemenangan di Pilpres 2024

Dengan kesamaan-kesamaan ini, dikatakan Ade Mulyana perlu khawatir karena memang ada semacam short-term memory dari pengguna media sosial bahwa mereka terkesan cepat lupa ingatan.

Menurutnya, meskipun masa lalu Marcos ini pernah jadi diktator, tetapi ketika putranya melakukan pencitraan di media sosial, dengan mungkin disrupsi informasi dan lain sebagainya.

Serta masyarakat pemilih muda, mereka ini tidak mengalami pada masa diktator berkuasa, sehingga mudah terpengaruh kampanye-kampanye di media sosial, meskipun itu hanya pencitraan.

"Ini memang jadi tantangan terbesar bagaimana nanti kita menghadapi Pilpres jika kita berkaca dari pengalaman Filipina yang baru saja memenangkan Marcos Jr," kata Ade Mulyana.

Survei terbaru LSI Denny JA itu juga mengungkapkan bahwa untuk kantong suara komunitas digital, poros Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) unggul.

"Kalau kita lihat sekarang ini, ada tiga poros kekuatan utama, yakni PDIP dengan satu partai saja, juga ada koalisi yang sudah solid yakni KIB dan juga ada koalisi yang diprakarsai Gerindra dan mungkin juga PKB sebagai poros ketiga," jelas Ade Mulyana.

Memang dari tiga poros tadi, untuk kantong suara netizen ini yang lebih unggul adalah KIB.

Kemungkin dilihat dari segmentasinya, pengguna media sosial rata-rata adalah mereka yang berasal dari perkotaan dan juga berpendapat tinggi.

"Untuk PDIP ini mereka unggul di kantong-kantong suara wong cilik, karena memang PDIP ini mengkampanyekan sebagai partai wong cilik. Untuk koalisi Gerindra PKB ini lebih unggul ke pemilih muslim. Jadi memang, dua koalisi ini yang belum unggul di segmen pemilih digital. Jadi mereka harus menargetkan segmen ini," kata Ade Mulyana.

Lebih lanjut dia menjelaskan bahwa jika poros lain ingin menyalip KIB dan merebut suara di kantong pemilih digital.

Maka, mereka harus mengkampanyekan narasi-narasi yang sesuai dengan tipikal atau segmen masyarakat berpendidikan dan penghasilan tinggi.

"Begitu pun juga dengan KIB, jika ingin merebut suara dari kantong suara wong cilik, narasi-narasi harus disesuaikan dengan wong cilik. Demikian juga dengan kantong suara pemilih muslim," kata Ade Mulyana.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas