Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Cerita Rahmah, Wanita Lulusan SMA Sukses Bawa Kopi Gayo Mendunia

Rahmah membagikan pengalamannya terjun ke dunia bisnis kopi hingga bisa merambah dunia internasional.

Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Adi Suhendi
zoom-in Cerita Rahmah, Wanita Lulusan SMA Sukses Bawa Kopi Gayo Mendunia
Tribunnews.com/ Fransiskus Adhiyuda
Ketua Koperasi Ketiara Coffee Gayo, Rahmah saat berdialog dengan Direktur Pemberitaan Tribun Network Febby Mahendra Putra yang bertindak sebagai host dalam acara peluncuran portal TribunGayo.com, Kamis (21/7/2022). 

Saat itu, dirinya memberanikan diri untuk ikut dalam acara Specialty Coffee Association of America.

Di sana, kata Rahmah, para pecinta kopi di Amerika sangat terkesan dengan cita rasa kopi gayo.

"Sampai Rahmah itu di Amerika itu namanya bendera merah putih semua satu stand itu, 'Ini loh kopi Gayo'. Karena dari dulu kopi gayo itu sebelum putra daerah ekspor belum dikenal," ucapnya.

"Dikenal hanya kopi mandailing karena kami jual kopi ke Medan, jadi keluarlah kopi Mandailing. Sekarang pembeli itu roster atau buyer sudah mengenal kopi gayo," sambungnya.

Saat ini, Rahmah mengaku omset usahanya bisa mencapai Rp 100 miliar.

Baca juga: Provinsi Aceh Maksimalkan Pendapatan Daerah Lewat Potensi Pariwisata dan Kopi Gayo

Namun, tentu saat awal usahanya penuh dengan tantangan termasuk modal usaha.

Apalagi, terjun di bisnis kopi, diperlukan modal besar mulai dari perawatan kebun, pupuk organik, hingga mesin untuk mencari kualitas kopi terbaik.

BERITA TERKAIT

"Kalau uang sendiri sudah pasti nggak cukup, karena saya punya kebun pun hanya satu hektar, nggak mungkin dapat modal miliaran. Karena butuh modal itu harusnya ada Rp 30 miliar," katanya.

"Makanya sebelum kenal dengan Bank Indonesia sudah dapat pencairan dari Bank Dunia, Bank Capital, jadi orang pertama yang cair di Indonesia itu, karena kami ceritakan tidak ada modal," lanjut dia.

Rahmad juga menceritakan, tanpa anggunan, dirinya mendapat suntikan modal kurang lebih 2 juta dollar USD.

Ia juga menceritakan adanya permasalahan yang dihadapi para eksportir kopi gayo ke Eropa.

Sejak tahun 2019 lalu, buyer di Eropa enggan menerima kiriman biji kopi gayo.

Hal itu disebabkan biji kopi tercemar kandungan bliposat akibat penggunaan pupuk atau obat pembasmi hama di sekitar perkebunan.

"Jadi kata bayer, 'Rahmah kami tidak mau membeli kopi yang beracun, kamu tahu nggak ini bisa menyebabkan kanker bisa menyebabkan pokoknya penyakit parah'," katanya.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Terkait

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas