Ray Rangkuti: Parpol Harus Calonkan Sosok yang Populer di Masyarakat untuk Dongrak Suara Partai
Lembaga Survei DTS Indonesia melakukan survei nasional secara reguler terkait Pemilu 2024.
Penulis: Chaerul Umam
Editor: Malvyandie Haryadi
Survei yang dilakukan ini merupakan tahap ketiga 3. Survei dilakukan pada 28 Juni sampai dengan 8 Juli 2022, di 34 Provinsi. Survei dilakukan terhadal 2.059 responden, dengan margin of error ± 2,16 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen.
Berdasarkan hasil survei pembentukan koalisi dini atau awal partai-partai, belum berdampak merata kepada elektabilitas anggota koalisi.
Elektabilitas dua partai besar yang membangun koalisi diantaranya Golkar yang membentuk Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) bersama PAN dan PPP justru mengalami kontraksi. Begitu juga dengan Gerindra yang membangun koalisi dengan PKB.
Elektabilitas Golkar pada survei menjadi 8,8 persen, menurun dibandingkan survei pada Februari 2022 yang mencapai 10, 1 persen.
Sementara Elektabilitas Gerindra menjadi 9,1 persen menurun dibandingkan Februari 2022 yang mencapai 9,8 persen.
“Koalisi awal Golkar dan Gerindra mengalami kontraksi dalam dua survei terakhir,” kata Direktur Eksekutif DTS Indonesia Ainul Huda , dalam rilis survei, Minggu, (24/7/2022).
Sementara itu elektabilitas mitra koalisi diantaranya PPP, PAN dan PKB, mengalami kenaikan signifikan. Elektabilitas PPP naik menjadi 3,4 persen dari sebelumnya 2,2 persen. PAN naik menjadi 2 persen dari sebelumnya 1 persen, dan PKB naik menjadi 7 persen dari sebelumnya 4,6 persen.
“Untuk partai non-koalisi, elektabilitas PDIP masih tertinggi (20,3 persen) diantara partai-partai yang lain,” katanya.
Dalam survei tersebut diketahui juga elektabilitas Demokrat dan Nasdem pasca Rakernas partai, mengalami kenaikan hampir dua kali lipat dari survei sebelumnya. Elektabilitas Demokrat menjadi 9,5 persen dari sebelumnya 5,9 persen. Sementara itu Elektabilitas NasDem menjadi 6,5 persen dari sebelumnya 2,5 persen.