Sosok Taruna Ikrar, Dokter Diaspora Indonesia yang Menginspirasi: Sempat Ditawari Jadi Warga Amerika
Ada banyak inspirator yang dapat menjadi tauladan generasi muda dalam mengisi kemerdekaan Indonesia, satu di antaranya adalah, dokter Taruna Ikrar.
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tanggal 17 Agustus tahun ini, Indonesia akan memperingati HUT Kemerdekaan ke-77.
Memasuki usia ke-77, bangsa ini sudah banyak menghasilkan tokoh-tokoh yang berkontribusi terhadap berbagai sektor pembangunan negeri ini.
Tentu ada banyak inspirator yang dapat menjadi tauladan generasi muda dalam mengisi kemerdekaan Indonesia.
Satu di antaranya adalah dokter Taruna Ikrar, ilmuwan Indonesia dengan segudang prestasi.
Diaspora Tiga Benua
Taruna Ikrar, menyelesaikan pendidikan dokter (dr.) di FK Universitas Hasanuddin 1997 dan Magister Farmakologi (M.Biomed) di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 2003, kemudian mengikuti Visiting Doctor di Alma Mater Studiorum - Università di Bologna Italy 2007, dan Cardiologist & Ph.D of Medicine, Niigata University 2008.
Setelah itu semua, Taruna Ikrar tidak langsung kembali ke Indonesia, tetapi melanjutkan pengembaraannya mencari ilmu ke Negeri Paman Sam, Amerika Serikat.
Di Amerika, Taruna menempuh Pendidikan di dua universitas yang sangat bergengsi, bahkan terbaik di dunia, yaitu; Post-Doctoral (Post Doc) di University of California (2008-2013) & Research Scholar di Harvard University (2013-2014) USA.
Bahkan Taruna Ikrar sekeluarga kemudian menetap dan berkarier di Amerika Serikat.
Perjalanan panjang hingga menetap dan berkarier di AS, tentu penuh perjuangan yang berliku, dari berbagai situasi yang tidak ringan, penuh pengorbanan, bahkan dapat dikatakan memiliki alur cerita yang sangat panjang.
Cita-cita jadi dokter
Ceritanya dimulai, dari suatu hari banjir besar melanda Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.
Air melahap apa saja, mulai pasar, sekolah, hingga jembatan.
Baca juga: Ilmuwan Taruna Ikrar Ditunjuk Jadi Vice President pada The World Peace Organization
Taruna Ikrar, bocah berusia 10 tahun yang kala itu tinggal di Desa Panakkukang, terkesan oleh kiprah seorang dokter muda yang tanpa kenal lelah melayani masyarakat.