Sosok Taruna Ikrar, Dokter Diaspora Indonesia yang Menginspirasi: Sempat Ditawari Jadi Warga Amerika
Ada banyak inspirator yang dapat menjadi tauladan generasi muda dalam mengisi kemerdekaan Indonesia, satu di antaranya adalah, dokter Taruna Ikrar.
Editor: Malvyandie Haryadi
"Dokter yang bekerja di sebuah puskesmas itu sigap mengobati pasien yang umumnya terserang diare. Dia dokter yang membantu orang selama 24 jam sekalipun tidak dibayar," ujarnya mengisahkan cerita masa lalunya.
Sejak hari itu, Taruna pun bercita-cita menjadi dokter dan keinginan itu memotivasinya untuk belajar dengan sungguh-sungguh.
Tertanam dalam benaknya betapa mulianya profesi dokter yang menolong masyarakat untuk mengobati berbagai penyakit, berupaya menghilangkan penderitaan orang lain dengan pendekatan keilmuannya.
Sebagai muslim, dia ingin menjadi penerus Ibnu Sina yang dikenal sebagai Bapak Kedokteran Dunia.
Pendidikan adalah 'golden gate' untuk berkiprah secara internasional.
Berkat keahliannya, dia mendapat pengakuan internasional dan saat ini sedang menjalani karier di California, Amerika Serikat.
Tak hanya berpraktik sebagai dokter, dia juga peneliti dan akademisi yang mengajar di University.
Kampus tersebut lumayan dikenal dalam hal penelitian, terutama setelah banyak melahirkan sejumlah peraih Nobel.
Baca juga: Prof dr Taruna Ikrar di IAMRA 2021: Pentingnya Regulasi Kesehatan dalam Era Globalisasi
Meski berasal dari Indonesia yang tergolong negara berkembang, Taruna mengaku tidak pernah dipandang sebelah mata.
Itu berkat kemampuan, pengetahuan, dan profesionalismenya yang memang layak diakui.
Tidak kurang dari 100an karya ilmiah dihasilkannya dan 19 penghargaan diterimanya.
Dokter yang setiap hari selalu menyempatkan berolahraga 30 menit sebelum memulai harinya itu justru mengombinasikan beberapa disiplin ilmu sekaligus, yakni farmakologi, kardiologi, dan neurosains.
Berkat dedikasinya, Taruna Ikrar menjadi orang yang sangat spesifik, multidisiplin. Jarang orang yang punya keterampilan dan ketertarikan untuk menyelami beberapa disiplin sekaligus begitu.
Dia memandang kardiologi dan neurosains menawarkan penelitian yang sangat menantang karena luasnya wilayah kedua bidang tersebut, mulai tingkat submolekuler, molekuler, subseluler, sel, jaringan, organ, hingga individual dan masyarakat.