Keluarga Korban Mutilasi TNI di Mimika Minta Keadilan Pemerintah: Kami Trauma!
Sebagai warga Papua, dengan adanya kasus ini merasa diperlakukan layaknya binatang di tanahnya sendiri.
Penulis: Larasati Dyah Utami
Editor: Hasanudin Aco
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Larasati Dyah Utami
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Keluarga 4 korban mutilasi yang dilakukan anggota TNI Angkatan Darat (AD) di Mimika, Papua, minta keadilan pemerintah karena merasa trauma dan tidak bisa berbicara lebih banyak.
Hal ini disampaikan perwakilan Keluarga Korban, Andrean Gwijangge dengan terbata-bata karena merasa takut saat memberikan keterangan pers pada Konferensi Pers yang diselenggarakan Koalisi Kemanusiaan untuk Papua, Rabu (7/9/2022).
Sebagai warga Papua, dengan adanya kasus ini merasa diperlakukan layaknya binatang di tanahnya sendiri.
"Kami dipotong-potong seperti binatang, seperti ayam yang mau dimasak, dibuang. Kami juga pengen hidup seperti kalian di sini, orang-orang di sini," ujar Andrean.
Baca juga: Advokat HAM Papua Ceritakan Kronologis Kasus Mutilasi 4 Warga Mimika oleh Anggota TNI
"Terus terang saja, kami menyampaikan bahwa kami dari keluarga korban masih trauma sehingga kami mau bicara lebih banyak atau yang lain-lain masih trauma, itu yang pertama," lanjut Andrean.
Keluarga korban minta kasus proses hukum ini harus dilakukan di pengadilan umum, tidak di pengadilan militer.
Harapannya, pihak keluarga bisa bisa melihat perkembangan kasus ini dengan terbuka dan jelas.
Pasalnya, ia menilai banyak kasus-kasus besar yang dengan mudah ditutup, apalagi terhadap kasus pelanggaran HAM yang menimpa rakyat biasa seperti mereka.
"Kasus besar saja bisa ditutup ya apalagi kami yang rakyat kecil ini, pasti akan ditutup. Sehingga kami meminta kepada Amnesty internasional maupun teman-teman lainnya untuk mengangkat suara kami untuk kasus ini. Supaya kasus ini benar-benar terbuka transparan dan jelas," kata Andrean.
Berikutnya keluarga korban meminta para pelaku harus diadili secara undang-undang yang ada di Indonesia, dengan seadil-adilnya.
"Saya menangis, karena saya punya keluarga yang dibunuh dan dimutilasi, dibuang-buang seperti binatang. Kami orang hitam ini dicap sebagai orang OPM. Kulit hitam rambut keriting itu sebagai OPM. Kami mau hidup tenang tidak bisa. Kita harus hidup di mana, di tanah kami sendiri dibantai seperti itu, dibunuh dimutilasi," ujarnya.
Screenshot
Perwakilan Keluarga Korban, Andrean Gwijangge saat memberikan keterangan pers pada Konferensi Pers yang diselenggarakan Koalisi Kemanusiaan untuk Papua, Rabu (7/9/2022).
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.