Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Marak Perilaku Menyimpang, LDII Dorong Literasi Bermedia Sosial untuk Kalangan Santri

Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) mendorong pentingnya literasi bermedia sosial di kalangan santri.

Penulis: Larasati Dyah Utami
Editor: Adi Suhendi
zoom-in Marak Perilaku Menyimpang, LDII Dorong Literasi Bermedia Sosial untuk Kalangan Santri
dok LDII
Para santri LDII di Ponpes Wali Barokah sedang mengikuti pelajaran tafsir Alquran. Saat mereka lulus dan menjadi juru dakwah, mereka diharapkan dapat memanfaatkan media sosial untuk membangun karakter bangsa, agar berjiwa pancasilais. 

Laporan Wartawan Tribunnews, Larasati Dyah Utami

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) mendorong pentingnya literasi bermedia sosial di kalangan santri.

Ketua Umum DPP LDII, KH Chriswanto Santoso mengatakan media sosial sebagai ruang publik menjadi alat penyebaran radikalisme, liberalisme, hedonisme, hingga berbagai perilaku menyimpang.

Problematika ini mendorong DPP LDII menjadikan media sosial sebagai area dakwah bil haal, dimana para santri yang nantinya menjadi juru dakwah LDII diajak meramaikan media sosial.

“Kami mendorong literasi media sosial di kalangan santri. Mereka memiliki modal ilmu, dengan beraktivitas di media sosial, mereka bisa menebarkan kebaikan secara lebih luas. Terutama generasi muda yang haus informasi,” ujar Ketua Umum DPP LDII KH Chriswanto Santoso dalam keterangannya, Rabu (7/9/2022).

Literasi media sosial menjadi penting, karena kompleksnya permasalahan yang dihadapi masyarakat tersebut.

Baca juga: Polemik Promo Alkohol Holywings, Ketua Umum LDII: Setop Gunakan Kata Radikal pada Pemilik Agama

Ia memberi contoh perundungan atau bully, kerap menyasar seseorang di media sosial yang pada akhirnya hal itu meluas dari jagat maya ke jagat nyata.

BERITA REKOMENDASI

Belum lagi propaganda gaya hidup menyimpang seperti LGBT hingga persoalan agama yang menjadikan seseorang jadi sosok yang radikal.

Bahkan gaya hidup seks bebas juga menemukan ruang penyebaran di media sosial. Prostitusi saat ini justru marak di Twitter, baik terang-terangan maupun terselubung.

KH Chriswanto pun meminta para santri peka dan melanjutkan dakwahnya di media sosial.

Menurutnya, perkembangan teknologi digital harus dimanfaatkan sebaik mungkin untuk memasifkan pemberitaan atau informasi positif.

Baca juga: Wabah PMK Merebak, DPP LDII Dorong Umat Islam Tetap Berkurban dengan Prinsip Kehati-hatian

Tujuannya, agar amar ma’ruf kian meluas di kalangan masyarakat, agar kehidupan mereka tidak hanya menuruti hawa nafsu lalu menabrak norma agama dan budaya.


“Dengan memperbanyak sumber daya jurnalis dan para santri yang memiliki keterampilan bermedia sosial, mereka dapat mengedukasi umat dan berdakwah di media sosial,” ujarnya.

Para santri nantinya, menyiarkan kebaikan yang universal dengan memegang teguh prinsip jurnalisme positif.

Baca juga: Ketum LDII dan Politisi DPR Miris Ada Warga Meninggal Karena Antre Minyak Goreng

“Berita atau informasi yang dimuat, dalam koridor Pancasila, moralitas, nilai agama Islam, dan etika jurnalistik. Jangan sampai melanggar etika tersebut,” kata KH Chriswanto.

Setiap bulan, menurut KH Chriswanto ratusan pondok-pondok pesantren (Ponpes) di lingkungan LDII menghasilkan 800 hingga lebih dari 1.000 juru dakwah.

Mereka disebar di pelosok-pelosok Indonesia untuk mengajar di majelis-majelis taklim LDII.

"Mereka sangat dekat dengan problematika umat dan bisa mengedukasi umat sekaligus berdakwah melalui media sosial," kata Chriswanto.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas