Pimpinan MPR: Butuh Gerak Bersama untuk Percepatan Penanggulangan Stunting
Semua pihak harus bergerak bersama untuk mewujudkan generasi unggul menyambut Indonesia Emas 2045.
Editor: Hasanudin Aco
Sehingga, ujar Annis, intervensi asupan gizi pada usia bayi masih di dalam kandungan hingga dua tahun merupakan langkah penting.
Kekurangan gizi, jelas dia, bukan hanya soal makanan, tetapi juga soal pola hidup. Masyarakat, seringkali mengabaikan keragaman sumber pangan, padahal di Indonesia banyak sumber pangan bergizi.
Direktur The Global Alliance for Improved Nutrition (GAIN) Indonesia, Agnes A. Mallipu menegaskan pihaknya terus berupaya mendorong konsumsi berkelanjutan makanan bergizi untuk semua lewat perubahan sistem pangan di Indonesia.
Perubahan sistem pangan itu, menurut Agnes, harus dilakukan mulai tahap storage, processing hingga konsumsi dengan meningkatkan kesadaran akan pentingnya gizi.
Memiliki data yang akurat terkait sebaran stunting di setiap daerah sangat penting, jelas Agnes, untuk mendorong percepatan penanggulangan stunting di tanah air secara bersama-sama.
Ketua Komisi IX DPR RI, Felly Estelita Runtuwene mendukung berbagai upaya penanggulangan stunting dan obesitas lewat upaya bersama memperbaiki gizi masyarakat.
Menurut Felly dalam upaya untuk mempercepat penanggulangan stunting perlu dipertegas lagi siapa melakukan apa, karena langkah tersebut memerlukan keterlibatan banyak pihak.
Felly berharap, BKKBN mampu melakukan koordinasi dan konsolidasi dengan baik untuk memastikan keberlanjutan program-program yang dijalankan.
Ketua Bidang Perempuan dan Anak DPP Partai NasDem, Amelia Anggraini berpendapat masalah gizi di Indonesia kerap kali disebabkan kurangnya aktivitas fisik, gangguan pola makan, keberagaman makanan dan persoalan budaya.
Amelia menilai perlu kerja sama antarsektor agar bangsa ini mampu mengatasi faktor-faktor penyebab masalah gizi tersebut.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah 2016-2020, Dyah Puspitorini menilai masalah gizi anak di Indonesia muncul karena faktor budaya. Sebagai contoh, petani sayur di desa biasa menjual hasil tanaman sayur yang bagus dan mengonsumsi produk yang tidak layak jual.
Sehingga, tambahnya, meski di daerah penghasil sayur masyarakatnya menghadapi masalah gizi. Menurut Dyah, upaya edukasi masif masyarakat sangat diperlukan karena stunting itu efeknya jangka panjang.
Dyah mendorong pembangunan pos gizi sebagai pusat edukasi dan penanganan stunting di daerah-daerah miskin.
Jurnalis senior Saur Hutabarat di akhir diskusi menyoroti bahayanya ancaman obesitas terhadap generasi penerus bangsa.
Karena, ujar Saur, saat ini di sejumlah negara maju seperti Singapura, negara-negara Eropa dan Amerika kesulitan menurunkan angka obesitas warganya, yang berpotensi pada peningkatan ancaman kesehatan masyarakat.
Indonesia, tegas Saur, harus mewaspadai ancaman itu lewat upaya peduli terhadap konsumsi gizi berimbang dan menimbang badan secara rutin dalam upaya menghindari obesitas. *