Temuan Komnas HAM Soal Tragedi Kanjuruhan: Banyak Korban Tewas Kondisi Wajahnya Biru dan Mata Merah
Komnas HAM menemukan fakta soal kondisi korban tewas dalam tragedi Stadion Kanjuruhan Malang. Banyak korban kondisinya wajah biru dan mata merah.
Penulis: Adi Suhendi
Menurut pengakuan pemain Arema FC terakhir yang meninggalkan stadion kepadanya, kata Anam, pemain tersebut mengatakan hal yang sama.
Baca juga: Wasekjen PSSI: Kedatangan Wakil FIFA ke Indonesia Bukan Untuk Investigasi Tragedi Kanjuruhan
Bahkan, kata dia, pemain tersebut sempat menunjukkan fotonya ketika dirangkul Aremania.
"Jadi tidak ada pemain yang luka. Jadi kalau ada informasi yang bilang bahwa supporter ke sana mau menyerang pemain itu bilang bahwa itu tidak seperti itu dan supporternya juga bilang bahwa tidak seperti itu. Jadi dinamika ini jadi penting," kata Anam.
Namun demikian, kata Anam, pihaknya masih menelusuri secara mendalam terkait hal tersebut.
Hal itu juga karena menurutnya ada rentang waktu beberapa menit situasi di lapangan masih kondusif sebelum kerusuhan pecah berdasarkan rekeman video, keterangan supporter, keterangan pemain, dan juga perangkat pertandingan.
"Kami sayangkan ini, kondisi ini kok ricuh. Apalagi kericuhan itu, banyak pihak yang memberikan keterangan kepada kami itu akibat gas air mata," kata Anam.
Baca juga: VIDEO Hasil Rapat Perdana TGIPF Tragedi Kanjuruhan: Cari Akar Masalah Hingga Sinkronisasi Aturan
"Gas air matalah yang membuat panik dan sebagainya sehingga ada terkonsentrasi di sana di beberapa titik pintu. Ada pintu yang terbuka sempit. Terus ada pintu yang tertutup. Itulah yang membuat banyak jatuh korban," sambung dia.
Anam juga mengungkapkan saat ini pihaknya sedang mendalami terkait perencanaan pengamanan sebelum Tragedi Stadion Kanjuruhan Malang terjadi.
"Kalau ada pertanyaan, kenapa sih gas air mata masuk dalam stadion padahal itu melanggar statuta FIFA misalnya. Itu adanya di perencanaan pengamanan," kata Anam.
Sejumlah hal yang akan didalami, kata Anam, di antaranya adalah terkait seberapa matang perencanaan pengamanan pertandingan Arema VS Persebaya tersebut.
Selain itu, kata dia, juga terkait ada atau tidak ya beiefing, simulasi, atau semacam gladi bersih sehingga personel keamanan perbantuan mengetahui titik-titik krusial dalam pengamanan pertandingan tersebut.
"Atau juga mengetahui bagaimana budaya-budaya supporter, khususnya supporter Aremania, yang kalau kita lihat di beberapa ini, yang merangsek ke lapangan itu tidak akan terjadi ricuh seperti yang sekarang ini sampai banyak gas air mata dan sebagainya," kata Anam.
"Termasuk ini korelasinya dengan permintaan jam pertandingan yang diminta sore tapi tetap dilaksanakan malam karena ditolak dan lain sebagainya," sambung dia.
Ia mengatakan ke depan, pihaknya juga akan meminta keterangan kepada kepolisian maupun TNI terkait hal tersebut.