Efek Gas Air Mata Tragedi Kanjuruhan: Wajah Jenazah Biru, Korban Selamat Alami Pendarahan Mata
Dasyatnya dampak gas air mata Tragedi Kanjuruhan, wajah jenazah membiru sementara korban selamat alami sesak napas dan pendarahan mata.
Penulis: Theresia Felisiani
"Mata saya memerah, saat saya sadar dari pingsan. Di rumah sakit itu, saya enggak diperiksa sama sekali. Setelah itu, saya langsung dibawa pulang sama teman-teman," terangnya.
Setelah itu, ia pun tiba di rumahnya pada Minggu (2/10/2022)
sekitar pukul 02.00 WIB. Ia langsung tidur dan ketika ia bangun, matanya tetap memerah.
Akan tetapi, ia sudah tak merasakan sakit dan pengelihatannya telah mulai normal hingga saat ini.
"Setelah bangun tidur, sudah normal (penglihatan matanya). Cuma memang merah sampai sekarang. Tidak ada kendala penglihatan, sudah seperti biasa," bebernya.
Sementara itu, ayah Raffi yakni Sutrisno (45) menuturkan setelah melihat kondisi anaknya seperti itu, ia langsung membawanya ke Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Malang.
Selama dua hari di RSSA, Raffi menjalani pemeriksaan mata dan diberikan 5 jenis obat.
"Cuma dikasih obat, tapi enggak saya tebus. Ada 5 obat, yang tiga obat lainnya enggak ada di luar rumah sakit," ungkapnya.
Setelah itu, ia membawa Raffi ke posko Tragedi Kanjuruhan Malang yang ada di Balai Kota Malang.
Disitu, Raffi pun dirujuk ke Rumah Sakit Hermina Malang.
Dalam masa pemeriksaan, mata merah yang dialami Raffi akibat iritasi karena gas air mata.
"Mata merah karena kena gas air mata itu. Katanya, bakal berangsur normal (warna matanya) setelah satu bulan," tambahnya.
Baca juga: Temuan Komnas HAM Soal Tragedi Kanjuruhan: Banyak Korban Tewas Kondisi Wajahnya Biru dan Mata Merah
Sutrisno mengungkapkan, pemeriksaan di RS Hermina tersebut dilakukan pada Rabu (5/10/2022) lalu.
Dan hingga saat ini, ia terus memantau kondisi mata anaknya tersebut.
Jika selama satu pekan ini tak ada perubahan signifikan dari kondisi warna mata anaknya, ia akan kembali membawa anaknya ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut.
"Kalau enggak ada perkembangan, nanti saya periksakan lagi ke rumah sakit," terangnya.
Di sisi lain, untuk kondisi kakak dari Raffi, yakni Yuspita Nuraini sebelumnya sempat merasa sesak nafas hingga beberapa hari pasca tragedi Kanjuruhan Malang.
Akan tetapi, saat ini kondisi kakaknya sudah mulai membaik dan tak merasakan lagi sesak nafas seperti yang dialami beberapa waktu lalu.
"Kalau dia (Yuspita) udah agak sembuhan. Tetapi dia kemarin-kemarin, sempat panas dingin dan sesak," pungkasnya.
Wajah Korban Tragedi Kanjuruhan Membiru, Benarkan Gas Air Mata Kedaluarsa ?
Penggunaan gas air mata oleh kepolisian hingga berujung tragedi Kanjuruhan terus disorot.
Benarkan gas air mata yang ditembakkan petugas kepolisian sudah kedaluarsa ?
Ketua Panpel Arema FC Abdul Haris, tersangka Tragedi Stadion Kanjuruhan sampai meminta korban tewas Tragedi Kanjuruhan diautopsi.
Menurutnya autopsi diperlukan agar diketahui, para korban meninggal karena apa.
Apakah meninggal karena berhimpitan atau karena gas air mata.
Karena menurut dia banyak korban Tragedi Kanjuruhan yang wajahnya membiru.
Ketua Panpel Arema FC Abdul Haris Minta Kandungan dalam Gas Air Mata Diungkap
Ketua Panpel Arema FC Abdul Haris, tersangka Tragedi Stadion Kanjuruhan, membeberkan beberapa dugaan terkait meninggalnya ratusan korban jiwa.
Ratusan korban jiwa yang didominasi Aremania itu terjadi selepas laga Arema FC vs Persebaya Surabaya, Sabtu (1/10/2022) malam.
Abdul Haris muncul dalam pers rilis di Kantor Arema FC, Kota Malang, Jumat (7/10/2022).
Selain menyesalkan banyaknya korban meninggal, Abdul Haris juga meminta pihak kepolisian mengusut tuntas dan mengungkap kandungan apa yang ada dalam gas air mata, hingga membuat ratusan orang meninggal dunia.
Minta Korban Tragedi Kanjuruhan Diautopsi
Menurut Abdul Haris, gas air mata yang ditembakan polisi saat kericuhan tahun 2018 lalu ketika Arema melawan Persib Bandung, berbeda dengan gas air mata yang ditembakan usai pertandingan Arema FC vs Persebaya Surabaya.
"Saat tanggal 1 Oktober kemarin, saya masuk ke dalam lapangan dengan mata perih dan sesak napas."
"Saya masuk ke dalam di situ sudah banyak adik-adik kita, saudara-saudara kita bergeletakan."
"Mereka saya lihat ada yang lebam mukanya, mukanya membiru, tidak bisa napas."
"Ada yang sekarat dan saya pegang kakinya dan lehernya, sudah meninggal," kata Abdul Haris, Jumat (7/10/2022).
Untuk itu pihaknya memohon agar soal gas air mata yang ditembakan pihak kepolisian benar-benar dibuka seterang-terangnya.
Bahkan ia juga meminta agar korban meninggal di-autopsi untuk mengetahui apa penyebab kematian mereka.
"Tolong diperiksa itu gas air mata yang seperti apa."
"Karena gas air mata yang saya rasakan saat tanggal 1 itu tidak sama ketika kejadian gas air mata tahun 2018."
"Saat 2018 Aremania bergeletakan masih bisa dikasih kipas dikasih air bisa tertolong."
"Ini sudah tidak bisa apa apa. Korbannya saya lihat mukanya biru biru semua," ujarnya.
"Saya juga minta ini di-autopsi agar diketahui ini meninggal karena apa, apakah meninggal karena berhimpitan atau karena gas air mata."
"Tolong yang punya kewenangan, tolong ini diusut. Saya mohon, kenapa itu harus terjadi."
"Kalau menghalau agar Aremania tidak masuk ke lapangan kenapa ditembakkan ke pintu evakuasi, kenapa di sana?"
"Di sana itu yang lihat adalah keluarga, anak anak kecil, wanita, yang masih umur belia."
"Mereka bukan suporter murni tapi mereka keluarga."
"Pintunya juga sama, SOP nya juga sama seperti 2018. Ini yang jadi beban saya, tolong Aremania, suporter seluruh Indonesia, marilah bersama sama untuk menegakan kebenaran ini sama sama," jelas Abdul Haris.
Sebelumnya juga muncul dugaan gas air mata yang ditembakan pihak kepolisian kedaluwarsa.
Hal itu kini masih menjadi Investigasi pihak Komnas HAM.
Haris mengaku ikhlas ditetapkan sebagai tersangka.
"Kalau saya dijadikan tersangka saya ikhlas tanggung jawab ini saya pikul, saya takut siksa Allah daripada siksa dunia. Secara moral saya tanggung jawab, saya sebagai ketua Panpel tidak bisa melindungi suporter, adik, saudara saya," ujarnya sembari menahan tangis.
KOMNAS HAM Curiga Gas Air Mata Kedaluwarsa
Dugaan penggunaan gas air mata kedaluwarsa dalam tragedi Kanjuruhan pasca laga Arema FC Vs Persebaya Surabaya, Sabtu, 1 Oktober 2022 menjadi salah satu yang akan dicermati Komnas HAM.
Komnas HAM yang telah datang langsung ke Malang menemukan indikasi adanya pelanggaran HAM yang dialami Aremania dalam tragedi Stadion Kanjuruhan Malang yang merenggut nyawa 131 orang itu.
Komisioner Komnas HAM, Choirul Anam secara terbuka mengatakan dugaan penggunaan gas air mata yang telah kedaluwarsa akan turut didalami di samping indikasi pelanggaran HAM yang sudah nampak.
Bahkan dugaan penggunaan gas air mata kedaluwarsa itu menjadi kunci pernyataan pihaknya ke petugas medis.
“Gas pasti punya kedaluwarsa itu akan menjadi kunci kami tanya ke medis. Apakah ini karena sesak nafas, kadar oksigen dan lainnya seperti apa," ujar Choirul Anam, Senin (3/10/2022) di Malang.
Dugaan adanya pelanggaran HAM sangat terbuka terlihat dari banyak video yang beredar di media sosial.
Terkait hal itu, Komisioner Komnas HAM Choirul Anam menuturkan indikasi pelanggaran HAM memang terlihat dalam insiden itu.
“Kami akan telusuri objektivitasnya seperti apa. Kalau di video yang tersebar diberbagai kalangan memang juga ada tindak kekerasan. Untuk itu kami berharap beberapa hari ke depan seluruh pihak bisa tranparan ke kami termasuk polisi dan TNI,” kata Choirul Anam.
“Kekerasan memang terjadi melakui video yang tersebar, ada yang ditendang ada yang kena kungfu. Tentu semua juga melihat,” tambahnya.
Selain itu, pihak Komnas HAM mengaku masih akan melakukan penelusuran lebih dalam soal gas air mata yang ditembakkan petugas kepolisian ke arah tribune.
Choirul Anam tak menampik jika adanya gas air mata membuat situasi semakin genting.
“Soal penggunaan gas air mata kami sedang telusuri. Kami lihat anatomi stadion pasca pertandingan seperti apa. Agar melihat secara objektif. "
"Seandainya tidak ada gas air mata maka tidak ada hiruk pikuk. Kami juga sedang telusuri karakter lukanya. Agar bisa melihat peristiwa kemarin seperti apa,” ujarnya.
Selain itu Komnas HAM juga tengah mendalami dugaan penggunaan gas air mata yang telah kedaluwarsa.
"Makanya saat kami ingin mendapatkan info itu, kami ingin mendapatkan anatomi dari Stadion Kanjuruhan ketika terjadinya peristiwa itu. Bagaimana exit strateginya?, Konsentrasi massa di mana?. Termasuk korban ini paling banyak jatuhnya di mana? itu sedang kami dalami,” jelasnya. (tribun network/thf/Suryamalang.com)