Pemerintah Percepat Pengadaan Fomepizol Karena Beri Dampak Positif Bagi Penderita Gagal Ginjal Akut
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan obat Fomepizol memberi dampak psoitif pada pasien gagal ginjal akut pada anak.
Penulis: Taufik Ismail
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews, Taufik Ismail
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan obat Fomepizol memberi dampak psoitif pada pasien gagal ginjal akut pada anak.
Dari 10 pasien yang diberi obat tersebut, 7 di antaranya membaik.
“Yang awalnya pasien itu ginjalnya terganggu, enggak bisa kencing, begitu dikasih obat sudah mulai keluar sedikit demi sedikit, ada yang mulai banyak dan yang tadinya tidak sadar mulai sadar kembali,” kata Menkes Budi Gunadi Sadikin di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (24/10/2022).
Karena itu, pihaknya kata Budi bakal mempercepat pengadaan obat tersebut.
Pemerintah sudah menerima 20 vial obat tersebut dari Singapura.
Pihaknya juga sedang menunggu 16 vial dari Australia yang akan tiba malam ini atau besok.
Baca juga: Jumlah Anak Penderita Gangguan Ginjal Akut di Medan Menjadi 11 Orang, Begini Kata Bobby Nasution
“Kita sedang proses beli juga dari Amerika. Mereka ada stok tapi engga banyak. Juga dari Jepang ada sekitar 2000an. Ini kesiapan yang kita lakukan,” katanya.
Menkes mengatakan bahwa kasus kematian gagal ginjal akut pada anak mulai naik sejak Agustus 2022.
Sebelum Agustus jumlah kematian dari tahun ke tahun berada lada angka normal yakni di bawah 5 kasus.
Baca juga: Kemenkes: Obat Fomepizole Gratis untuk Pasien Gangguan Ginjal Akut
“Tapi di Agustus itu naik ke 36, September naik lagi ke 78, Oktober sampai sekarang 141 dan itu sebagian besar menyerang di (anak) di bawah 5 tahun,” kata Menkes dalam peryataan persnya di Istana Bogor, Jawa Barat, Senin, (24/10/2022).
Pihaknya kata Menkes sudah melakukan review Patologi sejak Agustus.
Awalnya ia mengira kasus gagal ginjal akut pada anak disebabkan okeh bakteri atau virus.
“Jadi balik lagi kasus ini teridentifikasi di Agustus bukan di awal tahun,” katanya.
Berdasarkan review Patolgi tersebut, kasus gagal ginjal yang disebabkan virus atau bakteri tersebut sangat kecil.
Bukti bahwa gagal ginjal disebabkan oleh Covid-19 pun tidak terbukti.
Baca juga: Fomepizole Dipesan Indonesia sebagai Obat Gagal Ginjal Akut, Perhatikan Efek Samping Penggunaannya
“Misalnya ada bakteri Leptospira, ini bisa menyebabkan sakit ginjal. Kita cek semua anak yang kena, ternyata 0 persen.
Kemudian kita kira ini gara-gara covid, kita cek semua anak yang kena, dan kurang dari 1 persen yang ada Covid, positif covid. Dari situ, September kita masih menduga duga penyebabnya apa karena hasil tes patologi itu tidak ada yang secara signifikan karena bakteri, virus atau patasit,” tuturnya.
Pihaknya kata Budi baru menemukan titik terang setelah lembaga kesehatan dunia (WHO) mengeluarkan surat edaran pada 5 Oktober. Surat tersebut berisi peringatan kasus gagal ginjal akut seperti yang terjadi di Gambia akibat zat kimia pada pelarut obat obatan.
“Sesudah itu kita komunikasi dengan WHO, dan pemerintah Gambia, kita lakukan analisa toksikologi,” pungkasnya.