Gangguan Ginjal Akut Dikaitkan Cemaran Obat Sirup Ternyata Bukan Kasus Baru
Setidaknya ada lima kejadian serupa telah terjadi di India. Hal itu diungkap Mantan Direktur WHO Asia Tenggara Prof Tjandra Yoga Aditama.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Gangguan ginjal akut pada anak yang dikaitkan dengan cemaran obat sirup bukanlah penyakit baru.
Setidaknya ada lima kejadian serupa telah terjadi di India.
Hal itu diungkap Mantan Direktur WHO Asia Tenggara Prof Tjandra Yoga Aditama.
"Ada lima kejadian penyakit gangguan ginjal akut yang dihubungkan dengan sirup obat yang terkontaminasi atau tercemar dietilen glikol (DEG) yang terjadi di India antara tahun 1972 sampai 2019-2020," ujar dia, Rabu (25/10/2022).
Kejadian itu yang menyebabkan lebih dari 80 kematian.
Baca juga: Kasus Gangguan Ginjal Akut Melonjak, Ombudsman: Negara Gagal Berikan Perlindungan pada Masyarakat
Pertama, terjadi antara April dan Juni 1998 misalnya, sedikitnya ada 36 anak berumur antara 2 bulan dan 6 tahun meninggal akibat gagal ginjal akut di rumahsakit di derah Delhi (New Delhi dan Old Delhi).
Kejadian itu sesudah meminum obat yang tercemar dengan dietilen glikol Otoritas kesehatan di negara bagian Haryana (yang berbatasan langsung dengan Delhi.
Setidaknya ada 26 anak yang meninggal di daerah Gurugram, yang mengkonsumsi obat batuk sirup yang diproduksi perusahaan di daerah Gurugram itu sendiri, yang juga mengandung DEG.
Kedua, pada 1986 ada lagi 14 kematian di JJ Hospital di Mumbai juga diduga juga akibat pencemaran DEG dan etilen glikol (EG) ini.
Ketiga, bahan DEG juga kemudian ditemukan pada sirup obat batuk yang berhubungan dengan kematian 14 bayi di daerah Ramnagar, Bishnah, Udhampur di Jammu Kashmir di bagian utara India, antara Desember 2019 dan January 2020.
Sirup ini diproduksi oleh perusahaan di daeran negara bagian Himachal Pradesh.
Selain itu, DEG atau EG ini juga berhubungan dengan kematian 15 anat di tahun 1972 di Madras dan 11 anak di Bihar, negara bagian di timur India yang berbatasan dengan Nepal.
Kelima, kejadian di Gambia yang oleh WHO dihubungkan dengan obat produksi India, maka media lokal India mengabarkan bahwa otoritas setempat meminta WHO memberi informasi lebih lengkap tentang kemungkinan ada tidaknya hubungan kausal obat mereka dan kejadian gagal ginjal akut di Gambia.
"Disebutkan bahwa data klinik yang di sampaikan WHO sejauh ini belum cukup untuk memastikannya, clinical data shared so far by the world body was not enough to determine the cause of the diseas," imbuhnya yang pernah 5 tahun berkantor di India.