Kemenparekraf Targetkan 4.000 Restoran Indonesia Merambah Luar Negeri
Kemenparekraf optimistis industri pariwisata di tanah air akan semakin membaik.
Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Erik S
Laporan wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Tata Kelola Ekonomi Digital Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Yuana Rochma Astuti optimistis industri pariwisata di tanah air akan semakin membaik.
Di tengah isu resesi global yang diprediksi segera menerpa banyak negara di tahun 2023.
Baca juga: Kemenparekraf Dorong Pelaku Pariwisata di Danau Toba Jadi Wirausaha Andal
"Di tahun 2023, pemerintah menargetkan 1,4 miliar pergerakan wisatawan baik domestik maupun mancanegara," ujar Yuana melalui keterangan tertulis, Rabu (9/11/2022).
Hal tersebut diungkapkan oleh Yuana dalam konferensi bertajuk “The X Lite” yang dihelat Bisa Ekspor X Eksporasi Musik di Palembang, Sumatera Selatan.
Performa ekspor ekraf yang paling tinggi dari produk fesyen yang pada triwulan I 2022 menyumbang sebesar 56,53 persen dari total ekspor ekraf, diikuti produk kriya dan kuliner.
Negara tujuan ekspor ekraf terbesar adalah Amerika Serikat dengan $3,13 miliar, Swiss dengan $1,09 miliar, dan Singapura dengan $0,38 miliar.
“Kita akan mengenalkan program pemerintah bernama Indonesia Spice Up the World dengan target hingga tahun 2024 hadirnya 4.000 restoran Indonesia di luar negeri dan memperkenalkan kuliner Nusantara seperti rendang, nasi goreng, sate, soto, dan gado-gado,” ungkap Yuana.
Baca juga: Ciptakan SDM Unggul, Kemenparekraf Berikan Pelatihan ke Pelaku Pariwisata Kawasan Bromo
Yuana memaparkan bahwa tahun ini terjadi perubahan paradigma dalam strategi pengembangan pariwisata yang diharapkan dapat menjadi kunci dalam mengantisipasi gelombang resesi global.
Strategi pertama adalah “From City to Countryside” yang fokus pada destinasi yang mempromosikan aktivitas outdoor dan berkelanjutan sehingga dapat menyelesaikan isu over tourism capacity.
Kedua, “Tweak Tourism Policies” yang mengedepankan destinasi yang beragam guna mengurangi kepadatan di suatu destinasi.
Ketiga, “Switching to Digital Economy”, yaitu pelayanan pariwisata dengan beralih ke digital ekonomi.
Keempat, “Inclusive Growth” yang menargetkan investasi untuk mengatur pertumbuhan pariwisata yang inklusif dan berkesinambungan.
Baca juga: Empat Kampung Wisata di Kabupaten Jayapura Terima Penghargaan ADWI 2022 dari Kemenparekraf
Terakhir, “Sustainable Tourism”, yaitu pengembangan pariwisata yang mengarah pada eco tourism dan mengurangi dampak negatif dari aktivitas pariwisata seperti sampah, limbah, dan jejak karbon.