Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

7 Kesaksian Arif Rachman, Kawal Autopsi Hingga Ungkap Gerak-gerik Ferdy Sambo Usai Brigadir J Tewas

Arif Rachman Arifin mengungkap proses autopsi jenazah Brigadir J hingga diperintah Ferdy Sambo interogasi Putri Candrawathi. Berikut 7 Kesaksiannya.

Penulis: Adi Suhendi
zoom-in 7 Kesaksian Arif Rachman, Kawal Autopsi Hingga Ungkap Gerak-gerik Ferdy Sambo Usai Brigadir J Tewas
Kloase Tribunnews.com
Arif Rachman Arifin (kiri) dan Ferdy Sambo (kanan). Arif Rachman mengungkap gerak-gerik Ferdy Sambo setelah kematian Brigadir J dalam sidang kasus obstruction of justice atau perintangan penyidikan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Kamis (23/12/2022). 

Saat itu, Arif Rahman pun menunggu di garasi mobil rumah dinas Ferdy Sambo.

Baca juga: Ahli Psikologi Menilai Sosok Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi Keduanya Saling Membutuhkan

Di sana, dia pun sempat melihat Ferdy Sambo mengobrol dengan pejabat rombongan dari Propam Polri.

Lalu, dia pun sempat melirik adanya CCTV di garasi rumah tersebut yang dianggap potensial untuk mengungkap kematian Brigadir J.

Namun, saat itu Ferdy Sambo emosi lalu menegur karena kamera CCTV tersebut telah rusak.

"Mereka duduk, saya berdiri karena saya sendiri yang berpangkat AKBP, lainnya Kombes. Terus kemudian Pak FS nanya 'ngapain kamu lihat-lihat CCTV di carport?' persis di atas kepala saya kameranya. Lalu saya jawab 'izin, bagus ndan'. Kemudian Sambo jawab 'itu rusak'. Tapi nadanya rada emosi, saya enggak tahu kenapa. Terus beliau nanya lagi 'kalau rusak mau diapain?'. Saya jawab 'siap Ndan'," jelas Arif.

Selanjutnya, Arif mengungkapkan setelah itu dirinya ditegur Sambo karena baru terlihat sejak kasus tersebut mencuat.

Lalu, Arif pun disebut apatis oleh Sambo.

Berita Rekomendasi

"Terus beliau nanya 'kamu dari mana aja baru keliatan?', saya jawab 'siap salah ndan', Sambo bilang 'Kamu enggak tahu ada kejadian kemarin di sini?', saya jawab lagi 'Siap tidak tahu' lalu Sambo bilang 'apatis kamu'. Berhubung gitu karena saya juga enggak enak, saya ke halaman yang ada kolam kecil agak minggir," ungkap Arif.

Tak hanya itu, Arif mengaku dirinya diam-diam sempat melihat sejumlah CCTV di dalam rumah Ferdy Sambo.

Dia bilang, ada sejumlah titik CCTV dalam rumah tersebut.

"Ada lihat kamera-kamera juga. Enggak sempat hitung. Ngeliat ada CCTV aja," tukasnya.

5. Diperintah Ferdy Sambo Interogasi Awal Putri Candrawathi

Kemudian, Arif mendengar kalau Ferdy Sambo memerintahkan Hendra Kurniawan untuk memanggil personel Polwan datang ke lokasi.

Kemudian Hendra Kurniawan pun memerintahkan Arif untuk mendatangkan Polwan,

"Kebetulan anggota saya ada Polwan di kantor, perwira, lalu saya hubungi anggota tersebut untuk datang ke TKP," kata Arif.

Arif lantas memanggil perwira Polwan yakni Iptu Nunu yang berada dikantornya untuk datang.

Dalam ingatan Arif, Iptu Nunu hadir di lokasi sekitar pukul 15.00 WIB atau saat proses prarekonstruksi.

Akan tetapi, Ferdy Sambo disebut sempat bergumam karena ternyata Iptu Nunu yang diperintahkan Arif terlambat datang.

Terdakwa kasus pembunuhan berencana terhadap Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J, Putri Candrawathi menjalani sidang lanjutan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Jakarta, Senin (19/12/2022).  Agenda persidangan hari ini akan menghadirkan Lima saksi ahli dari jaksa penuntut umum (JPU), mulai dari ahli forensik, digital forensik, Inafis, dan kriminologi berikut saksi yang dapat dihadirkan Farah P Karow (ahli forensik), Ade Firmansyah (ahli forensik), Adi Setya (ahli digital forensik), Eko Wahyu Bintoro (ahli inafis), dan Prof Dr Muhamad Mustofa (ahli kriminologi). Warta Kota/YULIANTO
Terdakwa kasus pembunuhan berencana terhadap Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J, Putri Candrawathi menjalani sidang lanjutan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Jakarta, Senin (19/12/2022). Arif Rachman mengaku dirinya diperintah Ferdy Sambo interogasi Putri Candrawathi usai kematian Brigadir J.

Sebab, saat itu Ferdy Sambo meminta agar Putri Candrawathi untuk segera diperiksa.

"Sudah saya telepon katanya siap akan berangkat. 5 menit 10 menit kemudian Pak FS yang menanyakan 'mana anggotanya?' Kemudian saya sampaikan 'tadi sudah berangkat'. (Sambo bilang) 'coba dicek lagi'. Saya cek Ternyata masih di jalan," kata Arif seraya meniru percakapannya dengan Ferdy Sambo.

"Tidak berapa lama ditanya lagi 'kok lama sekali?' Saya telpon lagi, saya bilang 'kalau bisa naik gojek aja'. Terus kata Pak FS 'wah ini kelamaan. Ini mumpung ibu lagi bangun, Ibu Putri," sambung Arif.

Akhirnya Arif lah yang diperintahkan untuk melakukan interogasi awal kepada Putri Candrawathi soal kasus pelecehan.

Alasan Ferdy Sambo minta Putri Candrawathi diinterogasi Arif Rachman, karena Arif Rachman yang paling junior dan saat itu berpangkat AKBP.

Arif Rachman pun diminta Ferdy Sambo untuk datang ke rumah yang beralamat di Jalan Saguling, Duren Tiga, Jakarta Selatan.

Sebelum Arif Rachman berangkat ke rumah Ferdy Sambo di Jalan Saguling, ia mendapat arahan dari Hendra Kurniawan untuk menuliskan interogasi awal tersebut.

"Sudah kamu saja Rif yang interogsi awal inikan buat kepentingan kita Biro Paminal," kata Arif Rachman menirukan kata-kata Hendra Kurniawan.

Kemudian Arif Rachman menanyakan kenapa tidak dari Polwan saja yang melakukan interogasi awal.

"Tidak apa-apa dalam aturan kita tidak ada pemeriksaan seperti SOP-nya TPA yang interogasi harus perempuan," kata Arif menirukan kata-kata Hendra Kurniawan.

Singkat cerita dikatakan Arif Rachman berangkat ke Jalan Saguling.

"Saya datang di rumah Saguling kemudian suruh tunggu kemudian naik ke atas," ujarnya.

Setibanya dilantai atas, Arif Rachman melihat di ruangan sudah ada Putri Candrawathi bersama Ferdy Sambo.

"Ada Ferdy Sambo seperti menangis dan Putri Candrawathi mengelap meja menggunakan tisu," katanya.

Tak lama dikatakan Ferdy Sambo berdiri kemudian duduk dengan kondisi masih menangis.

Melihat hal tersebut, Arif minta interogasi ditunda.

Tapi Ferdy Sambo tetap memintanya melanjutkan interogasi awal.

"Izin ini ditunda dulu aja Ndan, kata Pak Ferdy Sambo nggak apa-apa sekarang saja," katanya.

Dalam proses interogasi awal, dirinya pertama-tama menyodorkan kertas kepada Putri Candrawathi.

"Pertama saya sodorkan kertas dulu ke Ibu Putri izin ini biar ditulis langsung sama ibu. Lalu kata Pak Ferdy Sambo sudah kamu saja," terangnya.

Arif Rachman menjelaskan bahwa dirinyalah menuliskan kronologis awal cerita Putri Candrawathi dan Ferdy Sambo.

"Yang menulis saya menceritakan kronologisnya Ibu Putri dan Ferdy Sambo," katanya.

Dalam interogasi tersebut, Putri Candrawathi awalnya ingin menceritakan soal kejadian di Magelang.

Namun, hal itu dipotong Ferdy Sambo dan minta peristiwa dibuat di Duren Tiga.

Kemudian Putri Candrawathi dan Ferdy Sambo menceritakan kronologi kejadian di Duren Tiga.

Selama proses interogasi tersebut, Ferdy Sambo yang lebih banyak bicara.

"Lebih banyak yang menceritakan Pak Ferdy Sambo. Datang ke Duren Tiga ibu dan rombongan ibu langsung ke kamar kemudian mandi dan ganti baju ke belakang," kata Arif Rachman menirukan perkataan Ferdy Sambo.

"Lalu setelah rebahan tahu-tahu Yosua meraba-raba ibu. Kemudian ibu teriak memanggil nama Ricky dan Richard, Yosua keluar dan ibu sudah mendengar tembak-tembakan," sambungnya.

Setelah mendengar tembak-tembakan, Sambo mengaku istrinya menelepon dirinya.

"Ibu telepon bapak, jemput keluar dari Duren Tiga," ucap Arif.

Selama proses interogasi tersebut Putri lebih banyak menunduk.

"Ibu Putri lebih banyak menunduk jadi saya tidak bisa lihat mukanya. Tidak berkomentar apa-apa," katanya.

Arif mengaku, sebetulnya hal tersebut bukan interogasi tetapi lebih cerita yang ditulis.

"Tidak interogasi sebenarnya karena kalau mau tanya tidak bisa tanya. Kalau interogasi pasti ada pertanyaan. Jadi ini cerita yang ditulis," kata Arif Rachman di persidangan.

Arif Rachman bercerita bagaimana suasana kebatinnya ketika hendak menuliskan interogasi Putri Candrawathi di Saguling lantai dua.

"Jadi gimana ya bapak (Ferdy Sambo) juga nangis gimana melihat pimpinan nangis kitakan juga nggak mungkin kan. Jadi hanya cerita saja," jelasnya.

Kemudian Arif Rachman bercerita ketika dirinya melihat Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi lebih banyak diam.

Ia berinisiatif untuk menghentikan interogasi.

"Izin Ndan cukup dulu biar nanti tambah lainnya bisa menyusul. Terus saya suruh tunggu di bawah," katanya.

Setelah itu Ferdy Sambo turun dari lantai dua menemui dirinya.

"Ini (Surat interogasi) dibawa ke Polres. Kasihan kalau ibu harus mesti ke Polres," jelasnya.

Arif Rachman menjelaskan bahwa tadinya yang ia pahami bahan interogasi itu untuk bahan di Biro Paminal bukan untuk kepentingan di Polres Jakarta Selatan.

"Kamu sampaikan saja kalau nanti butuh malam. Nanti bisa ke sini saja untuk minta keterangan ibu," kata Arif Rachman menirukan perkataan Ferdy Sambo.

Setelah itu Arif Rachman pulang ke rumahnya terlebih dahulu.

Lalu ia menyerahkan surat yang diberikan Ferdy Sambo tersebut ke Polres Jakarta Selatan kurang lebih 19.30 WIB.

6. Ferdy Sambo Minta Agar BAP Putri Candrawathi Tak Bocor

Sebelum berangkat ke Polres Jakarta Selatan, Arif diminta Ferdy Sambo untuk memberikan pesan kepada Polres Jakarta Selatan menjaga BAP Putri Candrawathi dengan baik dan jangan sampai tersebar.

"Kalau tersebar malu itu aib keluarga saya (Ferdy Sambo). Kamu kan sudah dengar kejadiannya lihat bagaimana kondisinya istri saya," kata Arif Rachman menirukan perintah Ferdy Sambo saat itu.

Saat Arif Rachman hendak berangkat Polres Jakarta Selatan, Chuck Putranto ternyata ingin ikut.

Akhirnya ia pun berangkat dengan Chuck Putranto.

"Setibanya di Polres Jaksel 21.00 WIB saya sampaikan ke Samuel waktu itu karena Kasatreskrim tidak ada. Samuel bersama anggotanya saya sampaikan perintah dari Ferdy Sambo," jelasnya.

Arif Rachman menyampaikan perintah Ferdy Sambo kepada Samuel erkait BAP Putri Candrawathi jangan sampai tersebar.

Dalam kesempatan tersebut, Samuel pun menanyakan terkait CCTV.

"Saat itu AKP Samuel juga menanyakan ke saya tentang CCTV saya bilang saya tidak tahu. Langsung dijawab oleh saudara Chuck kalau CCTV ada di mobilnya," jelasnya.

Lalu dikatakan kala itu Chuck Putranto memberikan kunci mobil miliknya ke salah satu anggota Samuel untuk mengambil CCTV.

"Untuk namanya saya lupa," katanya.

Setelah itu mereka pun pergi meninggalkan Polres Jakarta Selatan.

7. Reaksi Ferdy Sambo Tahu Rekaman CCTV Soal Brigadir J

Arif Rachman pun mengaku dirinya sempat menonton rekaman CCTV yang menunjukan Brigadir J masih hidup saat berada di rumah Ferdy Sambo, Kompleks Polri, Duren Tiga, Jakarta Selatan.

Arif Rachman menonton rekaman CCTV tersebut pada Selasa (13/7/2022) pukul 02.00 WIB di rumah AKBP Ridwan Soplanit.

Adapun rumah Soplanit bersebelahan dengan rumah dinas Ferdy Sambo di Duren Tiga.

Saat itu ia menonoton rekaman CCTV terkait peristiwa Duren Tiga bersama tiga perwia polisi lainnya yakni Chuck Putranto, Baiquni Wibowo, dan AKBP Ridwan Soplanit.

Menurut Arif, permintaan nonton CCTV itu disebut berasal dari terdakwa Chuck Putranto yang juga Spri Ferdy Sambo.

Namun, saat itu dia masih enggan menanggapi permintaan tersebut.

"Chuck sampaikan ‘bang ada perintah dari Kadiv untuk nonton’. Dari awal mulanya saya tidak tanggapin saya diem saja. Terus saya lihat di depan rumahnya Ridwan itu masih terbuka pagarnya terus saya liat masih ada Ridwan di dalam," kata Arif.

Selanjutnya, Arif pun akhirnya menyetujui untuk menonton CCTV tersebut di halaman rumah Ridwan Soplanit.

Lalu, Baiquni pun mulai membuka laptop untuk memutar rekaman CCTV tersebut.

"Saya sempat makan minum sebentar terus saya bilang ya udah mana yang mau ditonton. Terus Baiquni sudah bukain laptop," jelas Arif.

Arif menuturkan video yang diputar adalah rekaman CCTV yang menyorot jalan di luar rumah dinas Ferdy Sambo.

Adapun letak CCTV itu dekat gapura lapangan Kompleks Polri Duren Tiga.

"Kalau yang terlihat dari situ yang arah kamera nggak ke TKP, dari lapangan itu nyorot ke jalan. Arahnya dari pertigaan ke jalan TKP. Kalau saya mulai tonton itu sudah mulai pukul 17.00 sekian menit," ungkapnya.

Awalnya, Arif melihat bahwa rekaman CCTV itu telah sesuai dengan keterangan Ferdy Sambo dan istrinya Putri Candrawathi terkait adanya insiden tembak menembak antara Bharada E dan Brigadir J.

"Awal mulanya saya pikir sudah sesuai yang ceritanya Ibu PC (Putri Candrawathi), Pak FS (Ferdy Sambo) apa yang disampaikan rilis kapolres hari Senin itu. Saya pikir sesuai, oh sudah sesuai ini. Karena kan saya tidak kenal Yosua," jelasnya.

Lalu, dia mengaku kaget melihat Brigadir J ternyata masih hidup saat Ferdy Sambo datang ke rumah dinas di Duren Tiga.

Hal ini berbeda dengan keterangan Sambo yang mengatakan ada tembak menembak dan datang setelah Brigadir J tewas.

Tampilan CCTV di Komplek Polri, Duren Tiga, Jakarta Selatan, saat Ferdy Sambo tiba di rumah dinasnya sebelum Yoshua tewas ditembak, video ini ditayangkan oleh jaksa penuntut umum (JPU) dalam sidang di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan, Selasa (29/11/2022).
Tampilan CCTV di Komplek Polri, Duren Tiga, Jakarta Selatan, saat Ferdy Sambo tiba di rumah dinasnya sebelum Yosua tewas ditembak, video ini ditayangkan oleh jaksa penuntut umum (JPU) dalam sidang di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan, Selasa (29/11/2022). (Tribunnews.com/Rizki Sandi Saputra)

"Terus Chuck bilang “loh Yosua masih hidup nih”, saya jawab "loh yang mana Yosua”. Chuck bilang “Ini bang yang kaos putih”," ungkap Arif.

Arif mengaku tak percaya Brigadir J masih hidup karena baju yang dikenakannya berwarna merah saat melihat dalam proses autopsi di rumah sakit.

Lalu, Chuck pun menjawab bahwa warna merah baju Brigadir J karena darah.

"Saya bilang "Loh kaosnya merah”. Chuck jawab “Loh abang tau darimana merah?” Saya jawab lagi kan saya liat di rumah sakit meja autopsi, yang pertama yang kedua itu ada kaya tumpukan baju saya liat ada kaos warnanya merah. Chuck bilang “Mungkin itu darah bang” lalu saya jawab “hah darah ya?” Chuck menegaskan “Ini Yosua nih bang”," ungkapnya.

Lalu, Arif pun mengaku kaget dengan rekaman CCTV tersebut.

Sebab, keterangan yang selama ini diungkap Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi ternyata tidak benar.

"Saya bilang “yakin chuck?” “Yakin” baru saya sudah mulai kaget di situ," katanya.

Setelah menonton rekaman CCTV tersebut, Arif pun berinisiatif melaporkan temuannya kepada Hendra Kurniawan yang saat itu masih menjabat Karo Paminal Propam Mabes Polri.

Saat itu, dia menghubungi Hendra melalui telepon.

"Sudah bingung terus saya lapor Pak Hendra. Iya (ditelepon). (Alasannya) keingetnnya itu aja, Pak Hendra aja," kata Arif.

Saat itu, Arif pun melaporkan bahwa Brigadir J masih hidup saat Ferdy Sambo tiba di Duren Tiga.

Lalu, Hendra pun sempat tak percaya dengan pengakuan Arif.

"Izin Ndan, barusan saya nonton CCTV di situ pada saat Pak FS tiba Yosua masih hidup," kata Arif.

"Yakin kamu?" katanya menirukan kata-kata Hendra.

‘Yakin Ndan. Yang ngomong Chuck kalau saya gak kenal sama Yosua," ujar Arif.

"Sudah Pasti?" kata Arif kembali menirukan kata-kata Hendra.

"Pasti. Chuck bilang itu sudah pasti," jawab Arif.

Setelah itu, Arif pun diminta Hendra untuk menyampaikan temuannya kepada Ferdy Sambo esok harinya.

Lalu, Arif dibawa Hendra Kurniawan menghadap Ferdy Sambo esok harinya.

Bertemu Ferdy Sambo, Hendra Kurniawan pun mengungkap temuan Arif.

"Izin bang, ini Arif tadi lagi nonton CCTV ketika abang sampai ternyata Yosua masih hidup. Pak Ferdy diam saja. Dibilang marah sedih saya gak tau lah mukanya. Dua kali Pak Hendra cerita gak direspons sama pak Ferdy. Terus Pak Hendra bilang izin mungkin biar Arif saja yang cerita langsung ke abang," jawab Arif.

Lalu, Arif pun menyampaikan temuannya soal CCTV yang ditontonnya bersama Chuck Putranto, Baiquni Wibowo, AKBP Ridwan Soplanit.

Lalu, Sambo dengan muka memerah membantah temuan Arif Rahman tersebut.

"Mohon izin ndan kemarin Chuck sampaikan untuk nonton. Setelah saya tonton ternyata di CCTV itu nampak komandan tiba Yosua masih hidup. Saya sampaikan sekali saja terus beliau bilang ‘ah gak benar itu. Kamu percaya saja sama saya’. Tapi mukanya itu kaya gimana ya, merah, entah kaget entah marah saya juga gak tau," jelas Arif.

Lalu, Arif menjelaskan bahwa Sambo menanyakan siapa saja yang menonton CCTV tersebut.

Lalu, Sambo pun meminta juniornnya tersebut tidak membocorkan isi rekaman CCTV tersebut.

"Terus dia nanya ‘siapa saja yang nonton itu?' saya sampaikan saya, Ridwan, Chuck dan Baiquni. Lalu dia sampaikan 'kalau sampai bocor berarti kalian berempat ya'. Saya sudah kacau pikiran saya gak tau lagi lah. Ya kaget responsnnya beliau seperti itu. Kemudian nadanya juga tidak enak," kayanya.

Brigadir J tewas setelah dieksekusi di rumah dinas Ferdy Sambo, Duren Tiga, Jakarta Selatan.

Pembunuhan itu terjadi diyakini setelah Putri Candrawathi bercerita kepada Ferdy Sambo karena terjadi pelecehan seksual di Magelang.

Ferdy Sambo saat itu merasa marah dan menyusun strategi untuk menghabisi nyawa dari Yoshua.

Dalam perkara ini Ferdy Sambo, Putri Candrawathi, Bripka Ricky Rizal alias Bripka RR, Kuat Maruf dan Bharada Richard Eliezer alias Bharada E didakwa melakukan pembunuhan berencana.

Kelima terdakwa didakwa melanggar pasal 340 subsidair Pasal 338 KUHP juncto Pasal 55 ayat 1 ke (1) KUHP dengan ancaman maksimal hukuman mati.

Tak hanya dalam kasus pembunuhan berencana Brigadir J, khusus untuk Ferdy Sambo juga turut dijerat dalam kasus perintangan penyidikan atau obstruction of justice bersama Hendra Kurniawan, Agus Nurpatria, Chuck Putranto, Irfan Widianto, Arif Rahman Arifin, dan Baiquni Wibowo.

Para terdakwa disebut merusak atau menghilangkan barang bukti termasuk rekaman CCTV Komplek Polri, Duren Tiga.

Dalam dugaan kasus obstruction of justice tersebut mereka didakwa melanggar Pasal 49 juncto Pasal 33 subsidair Pasal 48 ayat (1) juncto Pasal 32 ayat (1) UU ITE Nomor 19 Tahun 2016 dan/atau dakwaan kedua pasal 233 KUHP subsidair Pasal 221 ayat (1) ke 2 KUHP juncto pasal 55 ayat 1 ke (1) KUHP.

(Tribunnews.com/ Igman Ibrahim/ Rizki Sandi Saputra/ Rahmat W Nugraha)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas