Genjot Elektabilitas, Kinerja Apik Airlangga sebagai Menteri Harus Disampaikan Masif Melalui Medsos
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, sosok Airlangga Hartarto berperan penting menjaga kestabilan perekonomian Indonesia.
Penulis: Chaerul Umam
Editor: Wahyu Aji
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Chaerul Umam
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pakar Komunikasi Politik Universitas Multimedia Nusantara, Silvanus Alvin mengatakan, dalam kapasitasnya sebagai Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, sosok Airlangga Hartarto berperan penting menjaga kestabilan perekonomian Indonesia.
Namun masih ada pekerjaan rumah, untuk membuat sosok Airlangga, Ketua Umum Partai Golkar untuk semakin dikenal publik dan siap berkompetisi di laga Pilpres 2024.
“Dalam konteks ekonomi nasional, tentu ada peran Airlangga di dalamnya, terutama mencegah resesi global dan berbagai tantangan lainnya terjadi di Indonesia,” kata Alvin, dalam keterangannya, Jumat (6/1/2023).
Peran Menko Airlangga dalam mengorkestrasi perekonomian Indonesia bersama dengan menteri-menteri terkait, membuat Indonesia tangguh dari badai pandemi maupun perlambatan ekonomi dunia.
“Bila terkait dengan dampak elektoral, maka di awal perlu sekali publik kenal. Jadi publik kenal dulu, baru publik tahu apa yang dilakukan. Dengan kata lain, popularitas harus jadi pintu masuk," ujar Alvin.
Menko Airlangga yang juga Ketua Umum Partai Golkar ini, perlu lebih dikenal, dan tentunya mendapatkan dukungan penuh dari mesin partai.
Kemudian, Ketum Airlangga juga perlu lebih aktif di media masa maupun media sosial.
"Salah satu saran yang sebaiknya dilakukan oleh Pak Airlangga adalah bergerak di ranah media sosial. Media sosial di sini lebih tepatnya masuk ke kanal-kanal video podcast para influencer yang masuk dalam kategori makro. Dalam konteks YouTube, minimal jumlah subscriber mencapai 1 juta,“ ucap Alvin.
Baca juga: Menko Perekonomian Airlangga Sebut Saat Ini 30 Negara Antre Minta Bantuan IMF
Setelah popularitas didapat, maka kinerja selama ini bisa publik akses di kanal-kanal berita.
Alvin menambahkan, di era digital sekarang, publik terutama generasi milenial dan generasi Z itu hyper kognitif atau seakan mau terus menerus menelan informasi.
“Tapi hyper kognitif itu diiringi dengan budaya logika atensi pendek atau hanya bisa fokus dalam durasi singkat,” pungkasnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.