Puskamnas Ubhara: Indonesia Butuh Banyak Ahli Intelijen untuk Kepentingan Negara
Hermawan Sulistyo sebut dunia intelijen selalu menarik dan relevan dengan perkembangan zaman, dunia intelijen membutuhkan kapasitas intelektual.
Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Pusat Keamanan Nasional Universitas Bhayangkara Jakarta Raya (Ubhara Jaya) Hermawan Sulistyo, mengatakan dunia intelijen selalu menarik dan relevan dengan perkembangan zaman.
Dirinya mengatakan dunia intelijen membutuhkan kapasitas intelektual yang baik.
"Intel, reserse dan akademisi adalah satu kluster yang saling terkait satu sama lain. Indonesia masih membutuhkan banyak ahli-ahli intelijen untuk kepentingan negara," ujar Hermawan.
Hal ini disampaikan oleh dalam acara bedah buku ‘Pembangunan Jaringan’ di Kampus 2 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya, Kota Bekasi, Jawa Barat.
Buku yang ditulis intelijen senior Yohannes Wahyu Saronto ini mengupas banyak hal tentang konsep, metode dan pengembangan jaringan.
Bukan hanya untuk organisasi intelijen tetapi juga untuk bisnis, sosial dan pendidikan.
"Buku ini untuk kebutuhan masyarakat. Saya tulis bukan hanya untuk komunitas intelijen. Tetapi terkait masalah-masalah ekonomi, sosial, budaya dan pertahanan keamanan. Buku ini bisa digunakan siapa saja. Karena buku ini ada di pasaran," jelas Wahyu.
Baca juga: Presiden Jokowi Minta Kementerian Pertahanan Orkestrasi Informasi Intelijen
Menurut Laksamana Muda Tentara Nasional Indonesia (TNI) Ivan Yulivan, salah satu penanggap dalam Bedah Buku ini, mengatakan, dengan teknologi canggih dan jaringan, saat ini orang bisa diam di rumah tetapi informasi masuk dengan sendirinya, alat dan senjata bisa dikendalikan dari jauh.
"Ini sudah mulai berkembang dalam peperangan di beberapa negara,” ujar Ivan yang juga merupakan Staf Ahli Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Bidang Pertahanan dan Keamanan.
Sementara itu, Rektor Ubhara Jaya Irjen Pol (Purn) Bambang Karsono mengapresasi keberadaan Buku Intelijen dengan judul “Pembangunan Jaringan” yang ditulis oleh Yohanes Wahyu Saronto.
Menurutnya buku ini akan membuat masyarakat bisa lebih mengenal dunia intelijen.
"Jadi ada dua hal. Yang pertama, semua bisa belajar dengan baik mengenai perkembangan intelijen di Indonesia. Yang kedua, buku ini juga bisa sebagai dasar mahasiswa, dalam rangka mengembangkan wawasan kebangsaan dan security yang menjadi kekhasan Ubhara Jaya," jelasnya.
Baca juga: Lewat Buku, Anak Muda Ini Berbagi Pengalaman Belajar di Australia, Kuliah Sambil Kerja
Acara bedah buku ini dibuka oleh Ketua Dewan Pembina Yayasan Brata Bhakti Jenderal Polisi (Purn) Chaeruddin Ismail.
Dihadiri pula oleh mantan Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Saut Situmorang dan Irjen Pol (p) Bibit Samad Riyanto, Ketua Dewan Analisis Strategis BIN Letnan Jenderal TNI (p) Dr. M. Munir, mantan Duta Besar (Dubes) Meksiko Komisaris Jenderal (Komjen) Pol (p) Ahwil Luthan.
Lalu mantan Dubes Timor Timut Bey Sofwan, mantan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Ansyaad Mbai dan mantan Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Komjen Pol (Purnawirawan) Togar M. Sianipar.