Bahas Fenomena Paradoks, Profesor Ini Kaitkan dengan Filosofi Yin dan Yang
menyampaikan pendapatnya terkait isu ini dalam orasi ilmiah berjudul 'Paradoxical Strategies: Using Both/And Thinking
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Wahyu Aji
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Saat ini masyarakat telah mengenal paradoks sebagai suatu fenomena yang tidak terpisahkan dari kehidupan mereka sehari-hari.
Pada dasarnya paradoks merupakan suatu pernyataan yang seolah-olah berlawanan atau bertentangan dengan asumsi umum.
Namun dalam kenyataannya, pernyataan tersebut mengandung sebuah kebenaran.
Umumnya, penyebutan kata paradoks kerap digunakan dengan kontradiksi, namun kontradiksi oleh definisi yang tidak benar.
Banyak pula paradoks yang memiliki sebuah jawaban, meski tetap saja tidak terpecahkan atau hanya mampu dipecahkan melalui perdebatan terlebih dahulu.
Prof. Dr. Mohammad Hamsal, MSE, MQM, MBA, CISCP pun menyampaikan pendapatnya terkait isu ini dalam orasi ilmiah berjudul 'Paradoxical Strategies: Using Both/And Thinking to Lead Business Transformation' pada 6 Februari lalu.
"Paradoks didasarkan pada persepsi organisasi dicirikan dengan elemen yang acap kali bertentangan tapi terjalin satu sama lain dan merupakan fakta yang tidak dapat diabaikan," kata Prof. Hamsal.
Dalam acara Pengukuhan Guru Besar Tetap Bidang Ilmu Manajemen Stratejik atas dirinya, ia memaparkan orasi ilmiah mengatasi strategi paradoks sebagai pertentangan yang dapat diselesaikan.
Ini dalam artian untuk memperkaya pemahaman fakta atau memberi manfaat peluang baru, nilai baru atau inovasi.
Elemen kontradiktif yang diadopsi sebagai salah satu dasar dari paradoks ini adalah 'yin-yang'.
Dalam filsafat China, elemen ini digunakan untuk menggambarkan bagaimana kutub berlawanan bergantung satu dengan lainnya, 'Yin' mewakili kekuatan feminin dan 'Yang' mewakili kekuatan maskulin.
Model 'yin-yang' menggambarkan kontradiksi dan dualitas keseimbangan yang mencerminkan realitas dan persistensi dalam pergerakan yang terus-menerus.
Ini menunjukkan bahwa bagian-bagian yang berlawanan secara konsisten mengalir dan memperkuat satu sama lain.
Prof Hamsal kemudian menyampaikan kegiatan penelitian di bidang manajemen stratejik dan kerja sama industri akan terus digaungkan dan didukung oleh industri dan lembaga pemerintah demi mencapai level global.
Hasil dari kegiatan ini nantinya diharapkan dapat memberikan pengakuan internasional dan membantu Binus University dalam memenuhi Visi untuk membina dan memberdayakan masyarakat.
Saat ini Prof. Hamsal tercatat sebagai Faculty Member di Doctor of Research in Management Binus University Business School dan didapuk sebagai Guru Besar ke-18 kampus tersebut.
Baca juga: Komunikasi Politik Pemerintah soal Partisipasi Publik Dalam KUHP Baru Dinilai Mengandung Paradoks
"Saya ingin mendedikasikan pencapaian ini untuk lembaga, yaitu Binus University. Indonesia ke depan memerlukan pemimpin yang dapat mengelola paradoks dengan baik, karena kita negara majemuk dengan latar belakang masyarakat yang berbeda-beda. Ini merupakan bentuk rasa terima kasih atas kebaikan guru dan dosen-dosen yang telah membentuk saya menjadi seperti sekarang ini. Saya ingin meneruskannya dengan pendidik generasi muda sehingga mereka juga dapat berdampak bagi orang lain," pungkas Prof. Hamsal.