Menteri LHK Sebut Sampah Organik Jadi Kontributor Terbesar Emisi Gas Rumah Kaca
Menteri LHK Siti Nurbaya Bakar mengatakan, 41,27 persen dari total sampah di Indonesia per tahun itu didominasi sampah organik sisa makanan.
Penulis: Ibriza Fasti Ifhami
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan wartawan Tribunnews, Ibriza Fasti Ifhami
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyebut, sampah di Indonesia mencapai 68,7 Juta Ton per Tahun.
Menteri LHK Siti Nurbaya Bakar mengatakan, 41,27 persen dari total sampah di Indonesia per tahun itu didominasi sampah organik sisa makanan.
Adapun dari total sampah organik sisa makanan itu, terdapat sampah rumah tangga sebesar 38,20 persen.
"Berdasarkan data dari daerah yang dihimpun oleh KLHK tahun 2022. Timbunan sampah di Indonesia 68,7 Juta Ton per tahun," kata Siti Nurbaya Bakar, dalam acara Compost Day, di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Minggu (26/2/2023).
"Komposisinya didominasi oleh sampah organik sisa makanan sebesar 41,27 persen. Kurang lebih 38,20 persen dia bersumber dari sampah rumah tangga," sambungnya.
Siti menjelaskan, hingga tahun 2022 sampah-sampah di Indonesia berakhir di landfill atau tempat pembuangan akhir (TPA).
Baca juga: Sektor Transportasi Sumbang 23 Persen Emisi Gas Rumah Kaca di Indonesia, Ini Yang Harus Dilakukan
"Ini secara bertahap kita akan kurangi karena baik jika kita kelola," ucapnya.
Terkait upaya pengurangan pembuangan sampah ke landfill itu, Siti menjelaskan, karena sampah organik sisa makanan menghasilkan gas metan atau CH4, yang memiliki kekuatan lebih besar dalam menangkap panas di atmosfer dibandingkan karbondioksida atau CO2.
Oleh karena itu, Siti mengatakan, kondisi tersebut mempertegas pengelolaan sampah organik khususnya sampah sisa makanan merupakan hal penting.
"Pengelolaan sampah di landfill terutama jika dikelola secara open dumping dapat menimbulkan permasalahan lingkungan, kesehatan, dan memberi kontribusi besar dalam emisi gas rumah kaca yang memberi efek global terhadap perubahan iklim," jelasnya.