Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Surya Paloh: Pemimpin Telah Lupa Diri, Negeri Sedang Menjerit

Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh menyinggung terkait pemimpin yang lupa diri, padahal negeri sedang menjerit.

Penulis: Fersianus Waku
Editor: Adi Suhendi
zoom-in Surya Paloh: Pemimpin Telah Lupa Diri, Negeri Sedang Menjerit
Fersianus Waku
Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh menyinggung terkait pemimpin yang lupa diri, padahal negeri sedang menjerit. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fersianus Waku

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh menyinggung terkait pemimpin yang lupa diri, padahal negeri sedang menjerit.

Awalnya, Surya Paloh menekankan pentingnya nilai kepantasan dan kepatutan dijaga secara bersama-sama.

Menurutnya, lahirnya reformasi saat ini tak berkorelasi positif dengan tindakan korupsi walaupun ada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

"Semakin kita lahirkan gerakan antikorupsi, bahkan melahirkan lembaga extraordinary KPK, indeks korupsi kita bukan semakin berkurang, bukan hanya indeksnya, tapi kualitasnya semakin berkurang," kata Surya Paloh di NasDem Tower, Gondangdia, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (10/3/2023).

Surya Paloh menilai tidak semua aspek yuridis formal menyelesaikan masalah, namun pentingnya suri tauladan dari seorang pemimpin.

"Tolonglah para pemimpin, para elite bangsa ini, tolong beri keteladanan. Kami lagi sakit, bangsa sedang menjerit," ujarnya.

Baca juga: Surya Paloh Bicara Soal Isu Penundaan dan Sistem Pemilu: Percayalah Kewarasan Masih Ada

Berita Rekomendasi

Dia lantas menyinggung pemimpin yang lupa diri untuk memberikan keteladanan bagi seluruh masyarakat.

"Nah sang pemimpin dia telah lupa diri, para elite bangsa kita harus jujur saya katakan lupa dia negeri sedang menjerit, butuh keteladanan dan kehadiran dia di negeri ini," ungkapnya.

Baca juga: Bela Viktor Laiskodat, Surya Paloh: Sekolah Jam 5 Pagi Jangan-jangan Cocok di NTT

Apalagi, kata Surya Paloh, saat ini masyarakat Indonesia terjebak dalam kepentingan pragmatisme ketimbang berpikir jangka panjang.

"Kalau ada yang kasih uang Rp 100 ribu itu lebih bagus daripada kepentingan 100 atau 200 tahun yang akan datang," katanya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas