Agama Menjadi Sumber Perkembangan Budaya dan Peradaban Bangsa Indonesia
Pontjo Sutowo mengatakan agama telah menempati posisi-sentral dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia.
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Hasanudin Aco
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Agama telah menumbuhkan rasa estetika dalam diri umat manusia yang secara halus halus telah merangsang dan sekaligus menantang kemampuan logika manusia untuk mengkonstruksi bentuk fisik dari satu hasil karya disamping sifat fungsionalnya.
Agama juga telah menjadi sumber perkembangan budaya dan peradaban bangsa Indonesia.
Ketua Aliansi Kebangsaan, Pontjo Sutowo mengatakan agama telah menempati posisi-sentral dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia.
"Kondisi ini berbeda dengan kebijakan sekularisme di negara-negara barat yang memisahkan kehidupan beragama dari kehidupan berbangsa bernegara, maupun dibandingkan dengan faham komunisme yang tidak percaya adanya Tuhan," kata Pontjo saat forum Diskusi Terpumpun bertema Peran Agama dalam Mencerdaskan Kehidupan bangsa Indonesia secara daring, Jumat (17/3/2023).
Baca juga: Tokoh Adat Sebut Gedung PYCH Bisa Jadi Pusat Peradaban Baru Anak Muda Papua
Ditegaskan, kehidupan beragama di Indonesia tidak terpisahkan dari kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia sehingga peribadatan agama mendapat tempat dalam ruang publik di Indonesia.
Ditambahkan Pontjo, sila kesatu Pancasila Ketuhanan Yang Maha Esa telah memancarkan dan menurunkan nilai-nilai turunannya (derivative value) kedalam empat sila dibawahnya.
"Agama telah menjadi sumber dari rasa Kemanusiaan yang adil dan beradab dalam diri manusia Indonesia. Agama telah merupakan muara dari “persamaan-kehendak bersatu dalam satu kesatuan bangsa yang beragama”, dalam diri semua warganegara Indonesia yang bhineka," katanya.
Bentuk negara kesatuan Republik Indonesia merupakan hasil konsensus nasional diantara para tokoh pendiri bangsa yang berasal dari semua suku-bangsa dan agama di Nusantara.
"Agama telah memancarkan nilai-nilai moral dan nilai-nilai sosial-budaya bangsa, yang pada gilirannya telah menjadi pedoman berperilaku manusia Indonesia yang beragama," katanya.
Pontjo mengingatkan jika mencermati baik-baik proses panjang perkembangan peradaban bangsa dari kumpulan peradaban bangsa-bangsa di Nusantara.
Lalu tahun 1908 mulai tumbuh kesadaran akan pentingnya menghimpun diri menjadi satu bangsa, kemudian Sumpah Pemuda Indonesia 1928 hingga 17 Agustus 1945 menyatakan diri sebagai satu negara bangsa Republik Indonesia.
Maka dari itu, kata dia, sampai pada keyakinan karena kehendak dan ijin Tuhan YME, bangsa Indonesia yang Bhineka dalam ras, budaya, dan agama mempersatukan diri menjadi satu bangsa, bangsa Indonesia.
Didorong oleh persamaan nasib terjajah dimasa lalu dan persamaan kehendak mencapai tujuan cita-cita nasional yakni membangun satu negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat adil dan makmur, maka berdirilah satu negara bangsa Indonesia.
Dikatakan bahwa dengan latar belakang seperti di atas maka tokoh-tokoh pendiri bangsa Indonesia telah meletakkan empat-paradigma-dasar untuk melaksanakan pembangunan memajukan peradaban bangsa kita, yakni Bhineka Tunggal Ika - Pancasila - konsep Negara Kesatuan RI, dan UUD 1945 yang berisi Pembukaan beserta Batang Tubuhnya.
"Bhineka Tunggal Ika menggambarkan “Kondisi-terberi” (given condition) bangsa kita. Kebhinekaan agama yang lahir dari perjalanan sejarah bangsa kita, juga bukan satu kondisi hasil rekayasa manusia, belaka dan kita yakini bahwa ada campur tangan Tuhan di dalamnya," katanya.