Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Puisi Sapardi Djoko Damono Paling Populer: Hujan Bulan Juni, Aku Ingin, Dukamu Abadi

Puisi Sapardi Djoko Damono paling populer, di antaranya Hujan Bulan Juni, Aku Ingin, Dukamu Abadi. Sapardi Djoko Damono meninggal dunia pada 2020.

Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Nanda Lusiana Saputri
zoom-in Puisi Sapardi Djoko Damono Paling Populer: Hujan Bulan Juni, Aku Ingin, Dukamu Abadi
Tribunnews.com/Nurul Hanna
Sapardi Djoko Damono dalam wawancara di gedung Kompas Gramedia, Jakarta Pusat, Jumat (27/10/2017). - Berikut ini puisi Sapardi Djoko Damono yang populer. 

Yang fana adalah waktu
Kita abadi memungut detik demi detik, merangkainya seperti bunga
sampai pada suatu hari
kita lupa untuk apa
“Tapi, yang fana adalah waktu, bukan?” tanyamu.
Kita abadi.

Hujan Turun Sepanjang Jalan

Hujan turun sepanjang jalan
Hujan rinai waktu musim berdesik-desik pelan
Kembali bernama sunyi
Kita pandang: pohon-pohon di luar basah kembali

Tak ada yang menolaknya. kita pun mengerti, tiba-tiba
atas pesan yang rahasia
Tatkala angina basah tak ada bermuat debu
Tatkala tak ada yang merasa diburu-buru

Dukamu Abadi

Dukamu adalah dukaku.
Air matamu adalah air mataku
Kesedihan abadimu
Membuat bahagiamu sirna
Hingga ke akhir tirai hidupmu
Dukamu tetap abadi.

Bagaimana bisa aku terokai perjalanan hidup ini
Berbekalkan sejuta dukamu
Mengiringi setiap langkahku
Menguji semangat jituku
Karena dukamu adalah dukaku
Abadi dalam duniaku!

BERITA TERKAIT

Namun dia datang
Meruntuhkan segala penjara rasa
Membebaskan aku dari derita ini
Dukamu menjadi sejarah silam
Dasarnya 'ku jadikan asas
Membangunkan semangat baru
Biar dukamu itu adalah dukaku
Tidakanku biarkan ia menjadi pemusnahku!

Baca juga: Fakta Sapardi Djoko Damono Meninggal Dunia: Idap Infeksi Paru-Paru, Pelayat Dilarang ke Pemakaman

Pertemuan

perempuan mengirim air matanya
ke tanah-tanah cahaya, ke kutub-kutub bulan
ke landasan cakrawala; kepalanya di atas bantal
lembut bagai bianglala

lelaki tak pernah menoleh
dan di setiap jejaknya: melebat hutan-hutan,
hibuk pelabuhan-pelabuhan; di pelupuknya sepasang matahari
keras dan fana

dan serbuk-serbuk hujan
tiba dari arah mana saja (cadar
bagi rahim yang terbuka, udara yang jenuh)
ketika mereka berjumpa. Di ranjang ini

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Artikel lain terkait Sapardi Djoko Damono

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas