Punya 1,8 Juta SDM, Kemenag Luncurkan Platform Digital Learning Center dan Smart Classroom
Kementerian Agama (Kemenag) RI meluncurkan platform Digital Learning Center (pusat pembelajaran digital) dan smart classroom (kelas pintar).
Penulis: Ibriza Fasti Ifhami
Editor: Adi Suhendi
Laporan wartawan Tribunnews, Ibriza Fasti Ifhami
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Agama (Kemenag) RI meluncurkan platform Digital Learning Center (pusat pembelajaran digital) dan smart classroom (kelas pintar).
Platform ini merupakan program dari Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan sumber daya manusia (SDM) di Kemenag RI.
Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengatakan, Kemenag RI memiliki 1,8 juta SDM dan 234.000 aparatur sipil negara (ASN).
Ia menuturkan, tugas Kemenag tidak mudah untuk mengurus berbagai permasalahan dan memberikan pendidikan di tengah kondisi SDM yang banyak itu.
"Dengan melihat jumlah perkara, masalah, maupun man power yang harus di-handle Kementerian Agama yang sangat banyak itu memang bukan pekerjaan mudah," kata Yaqut, saat menyampaikan sambutan dalam acara Launching Digital Learning Center and Smart Classroom Kementerian Agama, Hotel Grand Mercure Kemayoran, Jakarta Pusat, Selasa (28/3/2023).
Baca juga: Kemenag, DPR, dan BPKH Gelar Rapat Tertutup Bahas Tambahan Biaya Haji Rp 256 Miliar
"Apalagi orang lahir sampai orang mati menjadi urusan Kemenag. Orang nikah sampai orang cerai jadi urusan Kementerian Agama. Jadi bukan perkara mudah," sambungnya.
Karena itu, menurut Yaqut, dengan platform pembelajaran digital ini akan lebih memudahkan Kemenag RI untuk menjangkau seluruh SDM.
"Dengan memiliki digital learning center ini, 1,8 juta orang akan sangat mudah dijangkau," katanya.
"Jadi jarak menjadi tidak ada maknanya jika digital learning center ini kita benar-benar terapkan dengan baik," lanjutnya.
Baca juga: Kemenag Rilis Nama Jemaah yang Berhak Lunasi Biaya Haji 2023
Adapun kata Yaqut, kelebihan pembelajaran digital ini, yakni membuat waktu belajar menjadi lebih efisien.
"Lebih fleksibel dalam menentukan waktu, kapan kita mau belajar," jelasnya.
Hal itu, dijelaskan Menteri Agama RI, berkaca seperti pertemuan-pertemuan daring yang marak digunakan saat pandemi Covid-19 melanda dunia, khususnya di Indonesia.