Politikus PDIP Geram Ditanya Soal Money Politik, Singgung Jokowi-Jan Ethes Bagi-bagi Amplop di Pasar
Ketua Badan Pemenangan Pemilu DPP PDIP Bambang Wuryanto geram saat ditanya awak media soal money politik.
Penulis: Igman Ibrahim
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Igman Ibrahim
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Badan Pemenangan Pemilu DPP PDIP Bambang Wuryanto geram saat ditanya awak media soal money politik.
Dia pun menyinggung Presiden Joko Widodo atau Jokowi dan cucunya Jan Ethes bagi-bagi amplop di Solo.
Kegeraman pria yang akrab disapa Bambang Pacul itu bermula saat ditanya soal pernyataannya terkait pengesahan RUU Pembatasan Uang Kuartal akan membuat anggota DPR menangis.
Hal itu karena legislator tak bisa lagi bagi-bagi uang kepada masyarakat.
Awak media pun bertanya pernyataan itu seolah membuat lembaga legislator melanggengkan money politik.
Namun, Bambang menyatakan pertanyaan awak media tersebut hanya pesanan.
Baca juga: Politikus PDIP Tegaskan Restu Ganjar Pranowo Jadi Capres Tergantung Megawati
"Kamu dapet pesanan dari siapa? pesanan ya boleh, tapi aku sudah jelasin," ujar Bambang saat ditemui di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (11/4/2023).
Menurutnya, RUU Pembatasan Uang Kuartal akan membatasi anggota DPR untuk bisa membagi-bagi uang kepada masyarakat.
Sebab, regulasi tersebut akan membuat anggota DPR bisa membagi uang maksimal Rp20 juta.
"Aku wakil PDI Perjuangan kok. Kalau aku ngomong bahwa di sana itu tadi ketika kemarin itu anggota DPR itu nggak akan jadi nanti. Kalau membagi uangnya cuma Rp 20 juta pakai e-wallet isinya cuman Rp 20 juta emang bisa jadi?" cetus Bambang.
Baca juga: PDIP Tepis Gabung Koalisi Harus Dapat Kursi Capres: Duduk Dulu, 5 Tahun ke Depan Mau Seperti Apa
Ketua Komisi III DPR RI itu pun mengakui bahwa hal itu merupakan bagian dari money politik.
Baginya, sudah sewajarnya lembaga legislator atau kepala daerah membagi-bagi uang kepada masyarakat.
Dia pun mengungkit kegiatan Presiden Jokowi dan cucunya Jan Ethes yang membagi-bagi uang kepada masyarakat di sebuah pasar di Solo.
Hal itu membuktikan money politik merupakan hal yang wajar.
"Pak Pacul kalau begitu money politik dong. Lah hari gini mohon maaf ya itu Jan Ethes itu juga bagi bagi di Solo. Di pasar. Pak Presiden bagi tuh uang pakai amplop," tambahnya.
Karena itu, kata Bambang, money politik adalah bagian dari keadaan budaya negara yang masih belum siap. Karena itu, money politik merupakan hal yang wajar.
"Loh hari gini kan kita belum capable. Rakyatmu sudah capable atau belum? kan belum. Kalau belum gimana? Ya dibuat capable dulu baru nanti masuk. Jangan ngotot aja. Nggak cocok karo keadaan kamu paksa saja. Jangan dong. Keadaan culture kita belum siap. Gitu loh bos," pungkasnya.