Wacana Airlangga Hartarto Diusung Koalisi Besar, Golkar: Beliau Diterima Semua Pihak
Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto memiliki kans yang besar untuk dapat diusung menjadi capres atau cawapres dari koalisi besar
Penulis: Reza Deni
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua DPP Partai Golkar, Lamhot Sinaga, mengungkapkan bahwa Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto memiliki kans yang besar untuk dapat diusung menjadi capres atau cawapres dari koalisi besar jika nantinya koalisi ini terbentuk.
Menurutnya, Airlangga menjadi figur yang tepat di tengah upaya menghentikan polarisasi masyarakat yang juga menjadi visi dari Koalisi Indonesia Bersatu.
"Jadi Pak Airlangga ini sekarang menjadi tokoh tengah, tokoh yang bisa diterima dengan baik dari sebelah kanan maupun dari sebelah kiri. Pak Airlangga adalah tokoh yang saat ini yang diterima oleh pihak manapun. Itu yang mau kami tawarkan," ujar Lamhot saat dihubungi Tribunnews, Selasa (11/4/2023).
Sosok Airlangga sebagai Menko Perekonomian pun menurut Anggota Komisi VII DPR RI bisa menjadi kandidat kuat untuk diusung sebagai capres atau cawapres dari Koalisi Besar nantinya.
Lamhot mencontohkan prestasi Airlangga yang membuat posisinya menjadi strategis, yakni telah berhasil menjaga perekonomian nasional di tengah ketidakpastian belakangan ini, seperti pandemi hingga goyangnya perekonomian global.
Menurut Lamhot, prestasi tersebut selaras dengan apa yang diwacanakan di dalam Koalisi Besar, yakni melanjutkan pembangunan di pemerintahan Presiden Joko Widodo.
"Dalam posisi melanjutkan pembangunan ini tentu kan kita bisa lihat track record daripada Pak Airlangga sebagai Menko Perekonomian. Sehingga saya kira dalam konteks melanjutkan pembangunan yang sudah dilanjutkan Pak Jokowi, Pak Airlangga sangat layak. Itu lah proposal yang akan diajukan oleh Golkar nantinya," kata Lamhot.
"Nah jadi kalau bicara soal kriteria, melanjutkan pembangunan Jokowi, maka Airlangga adalah sosok ideal," tambahnya.
Meski demikian, Lamhot mengatakan terlalu dini membahas siapa yang akan diusung sebagai capres dan cawapres dalam Koalisi Besar.
Menurutnya, yang perlu dilakukan terlebih dahulu adalah menyamakan frekuensi sehingga memiliki kesamaan visi dalam menjalankan koalisi nantinya.
"Dalam tahap itu dulu yang harus kita samakan frekuensinya, khususnya dengan Gerindra dan PKB, Koalisi Indonesia Raya. Soal nanti capres sama cawapres itu kan tentu akan dibahas secara musyawarah dengan lima partai, bahkan kalau dengan PDIP nanti jika mereka ikut bergabung dalam koalisi besar ini. Tapi untuk saat ini kita belum pada tahap membicarakan siapa capres siapa cawapres," ucap Lamhot.
Tak hanya menyamakan frekuensi dan visi, Lamhot mengatakan di dalam koalisi ini juga belum sampai pada pembahasan partai apa yang nantinya akan menjadi pemimpin koalisi.
Terkait hal itu, Lamhot menegaskan sudah seharusnya Golkar lah yang memimpin koalisi, mengingat perolehan kursi Golkar lebih besar ketimbang keempat partai lainnya, yaitu Gerindra, PAN, PPP, PKB.
Baca juga: Ditanya Soal Airlangga Hartarto Cawapres Koalisi Besar, Hary Tanoesoedibjo: Dia Ahli Ekonomi
"Secara perolehan kursi, Golkar ini kan peroleh kursi terbesar. Jadi sudah selayaknya lah Golkar yang akan memimpin koalisi besar ini, gitu," tandas Lamhot.
Sebagai informasi, wacana pembentukan Koalisi Besar bermula saat lima ketua umum partai pemerintah menggelar pertemuan terkait hal itu.
Pertemuan dihelat di Kantor DPP PAN beberapa waktu lalu.
Di antara para ketum partai yang hadir, yakni Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan, Airlangga Hartarto (Golkar), Prabowo Subianto (Gerindra), Muhaimin Iskandar (PKB), dan Mardiono (PPP).
Bahkan, Presiden Joko Widodo pun turut hadir dalam pertemuan tersebut.