Presiden Jokowi Ajak Pimpinan Negara ASEAN Jadi Pemain Sentral Membawa Perdamaian dan Pertumbuhan
Jokowi menyinggung sejumlah hal, di antaranya peran ASEAN yang hanya akan menjadi penonton di tengah krisis ekonomi dan konflik global.
Penulis: Taufik Ismail
Editor: Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, LABUAN BAJO - Presiden Joko Widodo (Jokowi) membuka KTT ke-42 ASEAN pada Rabu (10/5) di Labuan Bajo.
Sebanyak 9 kepala negara dan pemerintahan ASEAN hadir pada pertemuan tersebut. Hanya perwakilan pemimpin Myanmar yang absen pada pertemuan itu.
Pemimpin Thailand juga absen, namun diwakili Wakil Perdana Menteri. Thailand absen lantaran negaranya akan menggelar pemilu pada pekan ini.
Baca juga: KTT ASEAN KE-42, Jokowi: Tantangan Geopolitik Masih Berat
Informasi mengenai absennya Myanmar telah disampaikan Menlu RI Retno Marsudi pada pekan lalu. Retno memastikan pemimpin Myanmar pada level politik tidak diundang.
“KTT ke-42 ini akan dihadiri oleh 8 leaders, plus Sekjen ASEAN, plus Perdana Menteri Timor Leste. Sesuai keputusan para leaders [kepala negara], Myanmar tidak diundang pada level politik,” terang Retno.
Partisipasi Myanmar dalam pertemuan internasional dan regional yang bersifat politis, contohnya ASEAN, sudah tidak lagi dilakukan sejak negara ini mengalami kudeta militer pada 2021.
Sejak saat itu pula, pemerintahan Naypyidaw dipimpin oleh junta militer yang dikomandoi oleh Jenderal Min Aung Hlaing yang belum mendapat pengakuan dunia.
Saat membuka KTT ASEAN kemarin, Presiden Jokowi didampingi Menlu Retno Marsudi dan Menko Perekonomian Airlangga Hartarto.
"Mari jadikan ASEAN epicentrum of growth, dengan ini saya nyatakan KTT ASEAN ke-42 dibuka," kata Jokowi sembari mengetuk palu tanda pembukaan.
Dalam pidatonya saat pembukaan KTT ASEAN itu Jokowi menyinggung sejumlah hal, di antaranya peran ASEAN yang hanya akan menjadi penonton di tengah krisis ekonomi dan konflik global yang tengah berlangsung.
"Hari ini ekonomi global belum sepenuhnya pulih. Rivalitas semakin tajam, dinamika dunia semakin tidak terprediksi," ujar Jokowi.
"Dan yang menjadi pertanyaan apakah ASEAN hanya akan menjadi penonton? Apakah ASEAN hanya akan diam, serta apakah ASEAN mampu menjadi motor perdamaian dan pertumbuhan?" imbuh Jokowi.
Jokowi merasa yakin ASEAN bisa memainkan peran signifikan dan menjawab permasalahan tersebut asal semua anggota bersatu.
"Dengan persatuan ASEAN akan mampu menjadi pemain sentral dalam membawa perdamaian dan pertumbuhan," ungkap dia.